Gung Biyang Berdayakan Warga Desa Nyangking Petromax dari Rumah


Menyambut kedatangan Menteri Kesehatan Siwabesi saat menjadi siswa kebidanan (Ist)

Karirnya berliku mencapai puncak bertujuan untuk mengabdi pada warga masyarakat desa sejak awal, hingga akhir masa kerjanya. Mengawali karir sebagai Bidan perawat kesehatan ditahun 1973. Mendedikasikan keilmuwanan dan ditempatkan didesa Nyalian kabupaten Klungkung membawahi 4 desa. Awal pengabdian, Gung Biyang demikian dia akrab dipanggil, sangat mudah membuat masyarakat jatuh hati karena  ramah dan tidak canggung. Mungkin hasil didikan orang tuanya yang polisi membuatnya tidak berjarak dengan siapa saja. Tidaklah mustahil, bila namanya dikenal di hampir seluruh pedesaan yang menjadi cakupan kerjanya sebagai tenaga bidan kesehatan.

Bukan hanya soal melakukan sosialisasi program seperti keluarga berencana, posyandu, dan perbaikan gizi keluarga, tetapi juga menjamah program pengentasan kemiskinan warga desa. Melalui penyuluhan kejar paket A dan program pemberdayaan warga miskin tak mampu, ia acap lakukan tanpa mengenal lelah.  “Saya tidak bisa melihat banyak yang buta huruf, juga sangat miskin,” katanya ditemui contributor sarklewer.com di rumahnya. Kegiatan seperti itulah yang menjadikan dirinya banyak dikenal ibu-ibu di desa dan kecamatan di luar tempat tinggalnya. “Ini peluang bagi saya mengabdikan berbuat sesuatu mengentaskan kemiskinan melalui program pemerintah.”

Kegiatannya memberdayakan masyarakat desa dilakukannya sejak belia (caption photo Ist)

Keteguhan hatinya memperjuangkan warga desa, membuat dirinya berjanji agar warga desa maupun di sekeliling desa Nyalian tidak berdaya menyongsong pembangunan, lantaran tidak bisa baca-tulis. Pembekalan baca-tulis diwaktu malam hari pun ia lakukan dengan membawa lampu penerang petromax dari rumahnya. Tidak hanya itu, yang dilakukannya pada waktu pembekalan kejar paket A di desa, tetapi juga menjelaskan tentang Pancasila dan melakukan simulasi P4 secara rutin setiap seminggu sekali. “Percuma saja kalau dibekali P4 kalau tidak diterapkan. Apalagi belum bisa membaca dengan lancar Pancasila,”ujar dia sembari menambahkan, “meski melek aksara dan bisa membaca dan menulis, tapi tidak meningkatkan taraf hidup agak susah juga. Makanya kita ajari wiraswasta melalui kegiatan dasa wisma di PKK.”

Aktivitas ‘bergerilya’ meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat itulah yang dilakukan ibu sepuh, Anak Agung Istri Majun Putri bertahun-tahun. Meski taka da piagam dan penghargaan yang pernah diterimanya dan dipigura tergantung dalam ruangan, toh ia tak menghiraukannya. Langkahnya tetap berjalan, tanpa menyurutkan sedikit jua tekadnya memberdayakan warga masyarakat desa. 

“Saya tidak pernah memikirkan piagam dan penghargaan dari pemerintah atau siapapun,yang penting warga desa sejahtera,” ujarnya. Untungnya, Bu Gung, demikian ia acap disapa, dipinang kepala desa menjadikan langkahnya mengabdi pada bangsa dan negara menjadi lancar. Meski acapkali ditemui banyak hambatan, dirinya percaya akan diselesaikan dengan baik atas kehendak Sang Hyang Widhi penguasa jagad. “Kami harus pintar-pintar mengatasi keterbatasan situasional di daerah terbelakang,” tutur dia sembari menambahkan, “yang agak sulit mengatasi keterbelakangan karena persoalan ekonomi. Sebab hampir semua wilayah saat itu sangat terbatas.”

Bukan hanya memberikan penyuluhan kesehatan, tetapi Kejar Paket A dan simulasi P4 pun dilakukan

Apalagi saat itu, infrastruktur maupun mobilitas menuju ke daerah desa pinggiran, tak sebaik sekarang. Terlebih lagi belum ada penerangan jalan, sanitasi air bersih tidak terdapat di hampir seluruh desa dalam wilayah pengabdiannya, membut dirinya mengelus dada prihatin. Dukungan suami dan keluarganyalah yang membuat dirinya tetap tegar menjalani setiap tugas yang dibebankan padanya. “Kami semua menyadari hal itu. Tapi kami bertekad untuk mengatasi kesulitan seperti itu.”

Perjalanan Panjang pengabdiannya di desa akhirnya didengar pemerintah provinsi hal itu dibuktikan dengan penugasan ke Nusa Penida pada tahun 1978 untuk mengabdikan diri memberdayakan masyarakat desa seperti yang pernah dilakukannya. Apaboleh buat, ibu Gung berangkat dengan harapan dirinya akan diangkat menjadi pegawai negeri tetap sepulang dari wilayah kepulauan sisi tenggara Pulau Bali itu. Meski terbilang singkat pengalamannya di Nusa Penida memberdayakan warga masyarakat desa, namun cukup berkesan.

“Bahkan saya sempat bertemu dengan Pak Tarsin penerima piagam Kalpataru dari pemerintah pusat. Beliaulah yang menjadi mentor di bidang penghijauan wilayah tandus dan kering. Kerja keras menghijaukan Tarsin, membuat program Bali hijau semakin dikenal juga ditiru wilayah lain,” ujar dia.

Terpilih sebagai anggota dewan perwakilan rakyat (Ist)

Gerakan menanam pohon kemudian dikembangkan ke desa Nyalian dalam pengabdiannya selain kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Meski tak banyak orang mengetahui gerakan menanam ribuan pohon di Nyalian sebenarnya dialah pemrakarsa awalnya. Pengabdiannya melakukan kerja-kerja tanpa embel-embel apapun, membuat dirinya dihargai dengan turunnya SK Pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil. “Saya diangkat pada tahun 1981 jadi PNS tetap.”

Perjuangannya tanpa lelah melalui berbagai kegiatan gerakan social yang diprakarsainya, mengantarkan memperoleh kehormatan dipilih sebagai anggota dewan di Kabupaten Klungkung pada tahun 1997-1999 mewakili rakyat. Kesempatan menjadi anggota dewan itulah membuat dirinya semakin teguh memperjuangkan hak-hak warga masyarakat desa dalam memperoleh hasil pembangunan.

Upaya lain yang dilakukan dengan mengajukan usulan melalui anggaran APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) bagi peningkatan kesejahteraan kaum disabilitas pengadaan kursi roda dan kruk penyangga. Selain itu juga mengusulkan penyediaan suplay obat bagi penderita asma dan tekanan darah tinggi melalui APBD. Ditanggapi pemerintah provinsi.

Setelah menjalani penugasan, akhirnya diangkat sebagai PNS tetap (Ist)

Pada Tahun 2006 menjadi penghujung pengabdian di kedinasan. Menjadi masyarakat biasa tidak menjadikannya menghentikan derap.” Banyak yang masih bisa saya lakukan”, ungkap nya menutup percakapan dengan Sarklewer.com. Bisa melalui berbagai organisasi masyarakat dirinya mengabdi pada warga masyarakat desa hingga kini. Meski demikian, status sebagai aktivis di berbagai kegiatan di PKK Desa (1974-2006), Ketua Pokja kecamatan, wakil ketua WHDI kecamatan dan menjadi anggota WHDI kabupaten dari 2006 hingga saat ini. (cok Agung/ eddy jes)

Nama : Anak Agung Istri Majun Putri, Lahir di Lombok Tengah, 25 Februari 1951, bekerja di Puskesmas Pembantu Desa Nyalian, Terpilih sebagai anggota DPR Kabupaten 1997-1999, aktif sebagai PKK Desa 1974-2006, ketua Pokja 2007 sampai sekarang,

Previous Hentikan Kebiasaan Remaja Ranum Selfie Ngeler Dada dan Paha
Next Jennifer Aniston: "Saya Berhutang Budi Dibesarin Oleh Pers"

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *