Tak banyak bintang film terlahir dari negeri kanguru Australia yang ngetop mencuat hingga Namanya meroket, satu diantaranya Josephine Langford. Bangkali bokapnya, Stephen Langford yang bekerja di Royal Flying Doctor Service Australia, tidak melarang dia benyalurkan bakatnya bermain sandiwara semasa masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Bahkan si mboknya Elizabeth mendorong-dorong agar Josephine tidak perlu meneruskan kuliah tinggi-tinggi dan menganjurkan dia melamar sebagai piguran setelah diincar produser untuk main film.
Namanya baru moncer saat dia memasuki industry Hollywood dan kebagian menjadi figuran pada dua proyek film utama, semuanya disetujui kedua orangtuanya di Australia. Apalagi ketrampilan berackting dinilai pencari bakat cukup lumayan menarik dan menjanjikan dimasa mendatang. Benar saja peran kecil diperolehnya saat mengikuti casting bermain dalam film Sex Ed pada tahun 2013 bermain Bersama Haley Joel Osment dan Lorenzo Izzo.
Kesempatan bermain dengan actor yang telah lama berkecimpung di dunia film Hollywood itulah membuatnya dilirik kedua actor tenar dalam kancah perfilman dunia. Apalagi setelah ia memainkan peran Renae Amstrong dalam film Gypsy Blood pada tahun 2014, namanya menjadi perbincangan kritikus film. Tahun berikutnya nama Josephine Langford juga memperoleh kesempatan di film Pulse pada tahun 2017 dan yang lebih penting dari kesemuanya itu, dia mendapat kesempatan bekerjasama dengan Scott Lee dan Daniel Monks. Dewi fortuna memang sedang menanti kepiawaian dan keberuntungan Josephine Langford.
Pada tahun itu juga (2017) Josephine Langford dipercaya beracting dalam film Wish Upon berperan sebagai Darcie Chapman yang menggemaskan dan menarik dilihat actingnya. Apalagi dia, kalua boleh dibilang berguru, pada actor dan pengamat dunia perfilman seperti Joey King, Ki Hong Lee dan Reagan Revord. Sejak itu, nama Josephine Langford mulai berkibar dalam film terbaru “After” yang dirilis pada tahun 2019 bekerjasama dengan Hero Fiennes-Tiffin.
Jangan heran bila film “After” yang dibintanginya meraup keuntungan produsernya $48 juta di seluruh tayangan gedung bioskup seluruh dunia. Sesuai umurnya, waktu itu Josephine Langford diminta memerankan siswa muda berdedikasi dan baru saja memasuki perguruan tinggi, berteman dengan anak pemberontak hingga hidupnya mblangsak kagak karuan. Tapi memang gaya film Abg unyu-unyu Amrik seperti itu sedang digandrungi dan ditonton di pelbagai gedung bioskup. “Bahkan dianggap anak remaja Bengal suka dintri sesam teman kuliahnya,” tulis Rescty, “tapi emang asyik anaknya suka gaul dan menyenangkan.”
Meskipun film-film yang dibintanginya belum sampai memecahkan rekor capaian nominasi maupun penghargaan tertinggi pemilihan bintang film Hollywood, toh nama Josephine Langford mulai dielu-elukan sebagai pendatang dari benua lain yang pantas diperhitungkan sebagai artis masa depan cemerlang. Sebelum bermain memerankan Tessa dalam film “After We Collided”, sebenarnya Langford mengikuti audisi untuk memerankan Molly, setelah dicasting. Lantaran dia gugup saat casting, perannya bergeser untuk memainkan karakter dengan karakter berbeda dan justru itulah ia berhasil melakukan peran sesuai yang dikehendaki sebagai ceweq cantic, lebay dan gleeman untuk urusan bermain buka-bukaan di hadapan camera.
Mau percaya atau tidak, Josephine Langford, baru 10 menit bertemu dengan Fiennes-Tiffin dan produser film “After We Collided” dan hanya diberi waktu satu minggu sebelum hari pertama syuting.”Saya bekerja keras agar bermain sebagus mungkin beracting, karena inilah kesempatan kami bias bermain di film layer lebar,” kata Josephine Langford, “terserah kritikus film menilainya, apakah saya bermain bagus atau tidak.” Credo ut Intellegam, Intellego ut Credam
No Comment