Autfit Selebrities 1/2 Manja Pamer Kemewahan Kampanye


Putri Ayu sejagad dari Australia

Jangan heran bila motif autfit yang dikenakan para selebritis dunia meniru-niru corak batik lawasan. Lihat saja di akir tahun di rumah mode Prancis, Italia maupun di Amrik. Entah apa yang mengilhami kesenangan motif njawani dipilih buat berlenggang-lenggong di papan kucing parade fashion show. Namanya juga pesohor internasional, apapun yang dikenakan, bila dianggap dapat mendongkrak pamor, dan hasil para designer digemari dan dibeli, tak masalah. Tidaklah mengharankan, bila cara pandang para designer kini berkiblat ke Timur, melirik motif dunia fashion corak perbatikan meski dengan sentuhan designer local.

Lihat saja karya para para designer di rumah mode, seperti Louis Vuitton, Hermes, Dior atau Yves Saint Laurent misalnya, jangan kaget bila autit karya para designer fashion memamerkan corak kemewahan, meski terbalut karya lawasan tetap saja pantas dipamerkan dan mencengangkan. Bukan hanya bandrol sepotong baju terusan, menurut istilah versi di ndesomu, jelas mengeluarkan setumpuk duit warna merah seratusan ribu, tentu membikin kaget. Namanya juga sedang cari populeritas, apapun yang dipakai buat lenggang-lenggok pamer body ramping mengenakan sapaitu tumit high hill, jelas bukan kelas ecek-ecek para selebritas ndeso. “Darimana duitnya? buat ngeborong autfit?” tanya seorang peragawati ternama di Moscow pada Nicole tempo hari. “Mereka’kan jadi vodegether, jadi duitnya miliaran.”

Bukan banju kampanye partai biar isis semriwing (courtesy pic aleksander dhadario)),

Kerna itulah, jangan heran bila autfit brand ternama, seperti Louis Vuitton (LV), merek fashion yang didirikan tahun 1854, menjadi lncaran para selebritas yang kini makin berjaya setelah 5 tahun jadi publict figure ngerangkap ‘jualan’ paras wira-wiri dari partai-ke-partai ikutan kampanye. Wira-wiri membawa tas kempit bermerk LV tentu pasti dilirik kaum mama-mama bacaleg alias bakal calon egeslatif 2024 tahun ini. Apalagi pamer ‘koper’ mewah berkelas ‘upper class’ saat berorasi di depan panggung lenggang-lenggok di atas podium, papan kucing berkampanye.

Lois Vuitton (LV) didirikan pada tahun 1854, merek fashion ini awalnya dikenal dengan brand koper mewah dan barang-barang kulit lainnya yang berkualitas sehingga digemari para pejabat legeslatif muda yang sering berhalan-halan ke luar negeri. Tentu tak sekedar, studi banding ke luar negri dan berdalaih mencari relasi dan mengenalkan kebudayaan adiluhung bangsa Indonesia, tapi sepulangnya ngeborong pakaian tergress di rumah-rumah mode. Bila Anda memperhatikan monogram LV di beberapa media dunia modeling, dan memamerkan saat jadi juru kampanye di ndesonya. Aneh’kan. “Kan anggap saja menjadi barometer, kalau ingin mengerakkan dunia model tirulah di dari rumah mode Prancis, Millan atau ke Amrik. Baru kita bicara soal UMKM.,” katanya pada kontributor sarklewer dot com di Milan.

Mau lihat paha atau bendera partai, ntar ikut kampanye ajah, gak usah nonton fashion show, gak dianggap Loe

Meski tidak secara spesifik, menunjukkan bandrol harga tiga stel autfit, rock, blues, tas dan sapaitu high hill, total cukup US$2.1 juta alias kisarannya cuma Rp.30 miliar saja kowk! Dhiar phora. Namanya juga trend kemewahan, meski kini sedang berkoar-koar menjanjikan negri ini akan makmur di tahun mendatang, toh nyatanya cuma jual abab soal perlunya memasarkan produk-produk batik karya para perajin UMKM di ndesomu. “Sepertinya tidak banyak dilirik deh,” katanya Reinatavcoff (57) blasteran putri seorang deplomat Ukeina

Na,amua kiga dunia menghablurkan kemewahan, jadi jangan heran bila Anda bertemu dengan nyonya penggembira yang kini jadi pemandu-sorak kampanye, dapat bayaran besar. Dan jangan pula, bertanya soal perajin pakaian emak-emak penjual warung kain di Pasar Klewer dan UMKM, kalau ingin tanya harga pakaian yang dikenakannya sewaktu hilir mudik jadi juru kampanye partai. Tiwas ora digagas. Mending lihat lenggang-lenggok, para artis luar negeri yang sedang modeshow di panggung ndesomu. “Jangan dibanding-bandingkan dengan artis Luar Negri lho mas. Ntar kalian mati kaku. Kedinginan.”

Previous Nyentrik Indonesia, Mahasiswi UMKM ISI Dagang Blek Kerupuk
Next Mengenang Janis Joplin: “Ngerock & nGeBlues Zonder Bra”

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *