Nyentrik Indonesia, Mahasiswi UMKM ISI Dagang Blek Kerupuk


Tak ada gading yang tak retak, pepatah kuno tetap dijadikan piandel menekuni dunia bisnis. Meski tidak ada gading, gajah, dia menyandingkan ujaran lawasan itu dengan simbolisasi yang ditekuninya, “tidak ada cangkir blirik dari kaleng, bisa retak.”  Lantaran telah digambari berbagai macam ilustrasi menarik. Dan laku keras dijadikan oleh-oleh sebagai cinderamata pernikahan muda belia atau bubar lulus kuliah. Namanya lumayan aneh sebagai penggiat dunia bisnis dhol-tinuku barang dagangan tempat menyimpan makanan dan minuman dinamai, “Nyentrix Indonesia.”

Entah mengapa bandrol produk tersebut dinamai Nyentrix Indonesia, penggiat sekaligus pelaku dan pedagang UMKM, jebolan Sekolah Seni Indonesia itu, Cuma bisa mrenges bila ditanya alasannya.  Meski demikian, nama lajang asal njogyo Aulia Putri Cinta A [mungkin huruf ‘A’ nya Abadi], hanya bisa cengar-cengir kalau didesak soal nama branded yang digelar pada acara festival payung, bulan lalu.

Meskipun dirinya bergiat dibidang artgalery menyusup dalam bisnis tempat penyimpanan segalam makanan, toh Aulia Putri, tak bermaksud ngeledek negrinya. Menurutnya, memang negoroku nyentrik tenan, katanya membela diri. Memangnya keliru memakai branded Nyentrik Indonesia. “Banyak pembeli yang nanya-nanya soal brand soal itu, malah bikin mumet jawabnya. Tapi tetap saja mereka nyangking ikutan membeli dagangan kami,” ujarnya

Menekuni dunia art galeri, sebagai pijakan berdagang tempat penyimpan jajanan, telah lima tahun ditekuninya. Bahkan, saking getolnya berdagang, lantaran banyak orderan, Aulia Putri Cinta, sampai keteteran kuliah. Apa boleh buat, daripada tidak bisa nggarap pesanan dari pembeli, ia mblirit atret cuti kuliah hingga 4 semester. “Nanti kalau sudah tidak banyak pesanan, disambi kuliah lagi. Kan ndak apa-apa wong dhodolan karya seni, sejalur di jurusan seni nggambar.”

Tidak ada yang ngelarang, dirinya mblirit mangkir cuti sekolah di ISI Jurusan DKV dengan spesialisasi seni Lukis mbar-mengambar. Justru itu kepiawaiannya ngelukis itulah tertumpahkan di bidang gambar bukan kanvas, tapi cangkir, tombong kerupuk maupun benda lain yang memungkinkan bisa dijadikan duit. Meskipun saat ini, produk hasil karya UMKM yang dilakoninya belum menghasilkan duit modal yang ditanamkan, Aulia Putri Cinta, tetap bertahan

Bukan hanya dirinya yang babak-belur mengatur waktu kuliah dan mencari tambahan modal usaha, tetapi juga cara menyebar-luaskan barang dagangan agar diketahui warga masyarakat. Setidaknya, ikut-ikutan pameran yang diadakan di Jogya, atau kalau pas ada acara di kampus-kampus, dirinya angkut-angkut barang dagangan. Keluarga dan rekan-rekan kuliah senang memberi nasihat agar memperhatikan mutu barang dagangannya biar keliatan ciamik

“Dulu’kan cuma menggarap cangkir kecil-kecil digambar ulang. Terus merambah gambar blek tombong kerupuk, digambari. Banyak yang tertarik minta dibuatin dengan ukuran kecil. Digambar sekarep pembeli. Malah laku lumayan,” katanya

Awalnya, ujar dia menambahkan, kerja kreatif itu sebenarnya hanya untuk penghilang waktu longgar saat libur sehabis semesteran. Ngajak teman-teman lain, ternyata mereka sepakat dan saling terhubung. Bahannya di beli dari berbagai tempat, di Solo, Jogya atau daerah lain. “Kalau ndak ada, dan harganya mahal tidak jadi digambar. Repotnya calon pembeli udah nentuin bentuk dan ukuran, blek adah krupuk kecil. Waduh, sudahnya nyari. Terpaksa pesan ke pandai besi pembuat blek krupuk,” katanya

Tak urung bila mendapat pesanan melebihi kapasitas tenaga kerja, di grup kelompok Nyentrik Indonesia, banyak pesan. Pasti kami diskusikan berjam-jam pilihan gambar yang cocok dengan selera calon pembeli. Penyelesaiannya, ujar Aulia Putri, menambahkan kadang terjadi debat antarkami. Teman-teman yang tergabung dalam komunitas Nyentrik Indonesia, jelas berpihak pada pengembangan usaha berdagang buat mahasiswa-mahasiswi diberi pinjaman modal usaha. “Sukur-sukur bisa lewat UMKM membantu dan tidak bikin ribet pakai syarat macem-macem. Mosok alasan kowk masih mahasiswa darimana bisa ngembaliin modal, kuliah dulu. Menurut kami itu aneh, alasannya seperti jaman ordebaru.”

Mestinya pemerintah, katanya menambahkan, entah nanti siapa yang akan mengawal negri mbah-buyut, sudah sepatutnya memberikan kemudahan berusaha pada aktivis mahasiswa, biar menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya. Kalau pemerintah sulit dan tidak percaya pada generasi muda, kami pun juga tidak percaya dengan pemerintahan yang gembar-gembor memberi kemudahan berusaha. “Kami juga tidak akan percaya pada generasi tua. Adil’kan. Tujuannya negara untuk menjamin keadilan sosial berusaha bagi seluruh rakyat, itu’kan kewajiban pemerintah dakan satu negara. Njih menopo mboten sinuwun?” Mbuh

Previous Selebrity Molek Tetap Merajai Dunia Fashion Sejagad
Next Autfit Selebrities 1/2 Manja Pamer Kemewahan Kampanye

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *