Festival Payung Indonesia (Fespin) ke 10 bertajuk “Sepayung Bumi, Alam Adalah Kita” yang digelar di selasar Balai Kota Solo, selama 3 hari, Jumat-Minggu (8-10 September 2023) usai digelar semalam. Ribuan mata penikmat pagelaran Fespin dinilai penikmat seni di kota budaya ini pantas mengacungi jempol pada penyelenggaraan
Lebih dari 65 grup seni pertunjukan, 8 grup fashion show dan 33 kelompok komunitas kreatif dari Sabang sampai Papua manggung di acara yang terbuka tanpa dipungut biaya menonton. “Bukan hanya seniman lokal dari dalam negri yang mementaskan tari-tarian dan seni, tetapi juga dari Thailand, Jepang, India dan Ekuador pun ikut menyemarakkan Fespin di Balaikota,” kata inisiator Heru Mataya, “tujuannya agar mereka memahami alam bekerja.”
Bukan hanya tari dan melantungkan lagu yang menarik pengunjung, Fespin kali ini juga menyisipkan penerbitan kumpulan cerpen dan buku puisi bertajuk Sepayung Bumi. Delapan belas penulis cerpan dan 26 puisi menjadi daya tarik penikmat sastra. Literasi, kata Heru Mataya, berusaha mendorong para penulis agar karya-karya mereka dibaca warga lain. “Kita harus dorong mereka agar, karyanya dibaca warga dunia,” katanya
Ditemui di area, pejabat bidang ekonomi kreatif Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Anis Diyah Oktevianti, menyatakan acara tahunan Festival Payung Indonesia, perlu dan pantas didukung sepenuhnya oleh pemerintah, biar kualitas pertunjukan dan penyajiannya semakin meningkat.
“Rasanya acara tahunan seperti Fespin dan kegiatan seni lain di Solo perlu dan pantas didorong maju. Ada edukasi yang bisa dinikmati warga masyarakat,” ujarnya. “Diharapkan 10000 lebih berukuran payung besar dan kecil membentang kan terbuka di halaman Balai Kota Solo dan di Pasar Gede Hardjonagoro di acara Fespin.”
Meski kegiatan tahunan yang membuat decak kagum pengunjung dari berbagai kota Solo, Fespin di selasar kantor Balai Kota, pantas dan perlu dilanjutkan. Asal seniman dan perajin bergandengan tangan ikut menyengkuyung agenda pameran di kota senibudaya kota Solo. Termasuk mengundang para pedagang UMKM agar dapat menggelar dagangannya di dalam area panggung Fespin. Meski mereka dipungut retribusi membayar. “Enggak mahal satu juta-satu juta lima ratus, tidak masalah. Selama 3 hari kami anggap murah, toh kami dapat keuntungan berjualan di acara festival payung,” katanya
No Comment