Meski Zaman Modern, tradisi Kerokan tetap menjadi pilihan


Sulit menjelaskan istilah masuk angin dalam ungkapan dunia kedokteran. Di dunia kesehatan, kondisi tidak enak badan dimaknai sebagai masuk angin, disebut flue. Meski telah banyak jenis pengobatan, baik medis atau non medis, salah satu pengobatan alternafif biasanya ditempuh yang paling sederhana: kerokan! Tentu berbeda dengan penyembuhan medis dengan standar yang dilakukan dokter atau paramedis lainnya. Tetapi model pendekatan penyembuhan kerokan jelas nonmedis toh bermanfaat.

Bilur-bilur memerah tanda masukangin istilah modern flue tetap pengobatan tradisional kerokan

Tradisi turun-temurun pendekatan penyembuhan masuk angin dengan cara kerokan, di kalangan suku Jawa, tampaknya sangat akrab di telinga. Atas landasan pengobatan tradisional dengan cara menggaruk dan menekan permukaan kulit memakai  minyak dan benda uang logam, ternyata mampu mengusir panas-dingin badan tersambar flue. Bukan hanya sebatas di bagian tubuh belakang, tetapi mengerok kulit hingga ke dada depan, hingga ke bagian leher.

Umumnya kerokan dilakuan di area pnggung dan menyemburatkan guratan atau pola merak setelah dikerok. Menurut pengertian tradisional non-medis, tanda guratan merah tersebut menjadi simbul hilangnya angin dari dalam tubuh. Bentuk pola garit-garit menyerupai tulang ikan lantaran mengikuti arah tulang di tubuh. Entah mengapa hal itu dipilih, tidak banyak refrensi penelitian akademis soal itu

Penggunaan logam untuk mengeroki, di dalam minyak urut acapkali disertai bawang merah atau locotion sebagai pelican agar tidak menyebabkan iritasi di permukaan kulit. Menurut National Geographic Indonesia, kerokan berguna memanaskan tubuh dengan mengerok bagian tubuh yang terasa dingin. Kulit yang telah digosok akan terbuka dan meninggalkan tanda atau guratan merah karena pembuluh darahnya rusak.

Orang bule pun ternyata ada yang kecanduan kerokan (pic – Ist)

Meski demikian, tradisi kerokan selain memerahkan bagian tubuh dan menghangatkan rasa dingin lantaran masuk angin, tampaknya menjadi tradisi mencandu agar dikerok bila badan terasa terserang flue. Pada prinsipnya bilur-bilur memerah setelah kulit dikerok, oksigen dalam pembuluh dapat dipastikan, menurut penelitian kesehatan, menerima lebih banyak oksigen dalam pembuluh darah dan menetralkan zat beracutn dalam tubuh.

Berdasar hasil penelitian kesehatan, sebenarnya, kerokan bukan cara efektif untuk meningkatkan panas tubuh, tetapi rasa nyaman dan lega sesudah kerokan membuat orang ketagihan kerokan. Meski efek medis, menyebabkan kerusakan jaringan sel-sel epidermis kulit, bila terlalu sering kerokan. Persoalannya, tradisi turun sejak jaman bahaeula itu memang sulit dihapus dari ingatan kolektif rakyat tradisional. Enggak percaya, meski bergelar mentereng, kalau masuk angin dapat dipastikan minta dikerokin simpanannya di suatu apartemen mewah.

Bilur-bilur memerah kerokan sampai tuntas, biar puas menandai masukangin (pic twitter)
Previous Sebelum Hilang, Nama Sermier Berganti Jadi Romeo
Next Godril Camilan Buah Langka Pohon Trembesi Kini Lenyap

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *