Sebagai salah satu pecinta seni patung, dan jurnalis yang menempati rubrik seni budaya, contributor sarklewer di As lebih tertarik mendalami latar para seniman papan atas dunia. Makanya sejak bom yang melantakkan bangunan gereja tahun lalu ia bergegas melakukan reportase ke tempat kejadian perkara. Tentu selain hasil reportasenya yang pernah dipaparkan di media tempat ia bekerja sebelumnya di Rusia dan Amerika, ia buru-buru mengajukan usulan menulis ulang sang pelukis kubah gereja dan pematung tenar sedunia: Michelangelo.
Bagi para turis dari luar negri, yang belum pernah menjejakkan kakinya di tlatah Vatikan, tentu akan terheran-heran takjub melihat aneka ornament berabad lalu kini masih tetap utuh. Hingga menyisakan decak kagum bagi orang-orang lain lawas hingga generasi muda. Tentu mereka tak akan terkagum-kagum bila pernah berada dikapel Sistina, yang menjadi ruang konsekrasi utama di Vatikan yang ketika pemilihan dan pelantikan paus baru. Lukisan dinding terkenal Michelangelo yang ditambatkan di kubah langit-lagit dalam gereja itu seolah mendirikan bulukuduk dan berdecak kagum dalam hati. Itulah pamor daya magis lukisan sang legendaris
Dua belas rasul, ditampilkan sebagai figure individu, tanpa adegan dramatis itulah mencuatkan aroma magis bahwa itulah yang mesti selalu diingat setiap orang yang datang ke dalam ruangan itu. Bukan hanya itu saja, lihatlah gambar para santo dan kelima saudara kandung juga dapat dilihat dalam lukisan realisme mengibartkan sosok para santo di kitab klasik masa lalu. Menurut literatur, Michelangelo, jarang menempatkan sosok-sosok di sekitar tepi langit-langit dan mengisi tulang punggng tengah yang melengkung nan panjang. Apalagi penggambaran adegan dari kejadian sacral penciptaan dunia. Tiga kisah Adam dan Hawa dan tiga kisah Nuh maupun Abraham dan tokoh-tokoh nenek moyang Kristus. Perdebatan tentang tokoh yang digambarkan, meski tak sepanas masalalu, toh hingga kini tetap saja karya-karyanya memancing mata sejagad untuk menikmati dan berdecak kagum
Proyek besar lukisan para tokoh dan membuatan patung ketika itu diselesaikan lebih dari satu tahun pada 1510-1511 agak tersendat pembayaran buat penyediaan cat khusus dan bahan untuk membikin patung. Meski demikian, Michelangelo tetap melukis adegan Nuh di atas pintu masuk dan jalan menuju altar ke arahberlawanan dengan urutan cerita. Banyak orang berspekulasi mengartikan adegan pertama secara alami menunjukkan sang seniman menggunakan Kembali perangkat dari karya sebelumnya, seperti Pietà. Bisa jadi Michelangelo lagi galau lantaran proses penyelesaikan lukisan terhambat hal-hal nonteknis, tetapi sangat penting yakni tak ada bahan yang bisa dipakai
Agak berlebihan bila dikatakan, para pengamat masa kini, Michelangelo ketika menyelesaikan garapannya melukis dengan detail sangat kompleks itu menunjukkan sugestri stress dan kesedihan mendalam ketika merampungkan tanggungjawabnya sebagai pelukis dan seniman besar yang dikenal. “Lihatlah, karya sosok santo Yehezkiel, digambarkan berada di tengah jalan. Meski sosok itu memperlihatkan kekuatan dan bobot wajah yang luar biasa. Ekspresinya kelihatan,” ujar pengamat yang ditemui Nicole, contributor sarklewer.com dalam diskusi santai di ruang pamer, “Gambaran wajah lukisan maupun patung Michelangelo, tentang ketidakcukupan itu, sebenarnya merupakan representasi kemanusiaan yang heroic dan tragis.”Menelaah, bila Anda berada di dalam gedung gereja, dapat dipastikan terpana dengan karya adegan penciptaan Hawa yang Bersama Gustiallah dan Adam. Meski gambar visualisasi terkompresi kurang pas penggambaran keagungan dan keesaan mereka. Penafsiran tanda seperti gerakan menjauh dari kepedulian Renaisans dan impresi harmonis, seolah menunjukkan jalan bagi seniman muda lain seperti Jacopo dan Pontormo, dianggap kurang santun. Itulah salah satu penyebab Michelangelo merasa terganggu dan pekerjaan melukis di langit-langit terhenti.
Meski kemudian dilanjutkan di babak periode kedua, sepertinya Michelangelo mengulangi tataran evolusi nantenang malah menjadi rumit dan stress. Menyimak ikonografi langit-langis Sistina yang kompleks, dan telah menjadi kajian intens para interpretative neoplatonis atas alkitab, malah justru menambah efek dramatik penggambaran isi nubuatan perintah gustiallah. Perdebatanpun mencuat kan tafsir hubungan umat dan tuhannya yang disembah-sembah umat
Setelah rampung mengambar langit-langit, pada tahun 1513-1513, Michelangelo kembali ke perja yang disenanginya memahat batu pualam Musa yang dianggapnya sebagai realitas tokoh-tokoh besar yang tergambar pada langit-langit Sistina. Kehalusan tekstur pahatan patung, dengan tanpa mengorbankan sifat massif, menjadi ciri khas karya Michelangelo menyelesaikan patung karya-karyanya. Pada waktu yang sama, ia menyelesaikan dua patung tahanan atau budak yang diikat, tapi menurutnya masih belum perfek benar-benar, dianggap masih salah. Dan ditinggalkan. Ia hadiahkan karya patung, dianggapnya salah itu pada sahabatnya di Louvre, yang pernah membantunya selama Michelangelo sakit.
Di sini sekali lagi dia menyadari, di atas batu, jenis-jenis yang dilukis dalam banyak varian di langit-langit, seperti pasangan telanjang yang memegang karangan bunga di atas singgasana para nabi. Kompleksitas pendirian mereka, ekspresi perasaan yang kuat, belum pernah terjadi sebelumnya dalam patung marmer monumental Renaisans. Satu-satunya karya awal periode Helenistik kuno Klasik, yang dikenal Michelangelo melalui penemuan kelompok Laocoön pada tahun 1506, tak pelak menjadi buah bibir perdebatan intelektual hingga kini (Nicole Sacarovic dari As dan Itali / Eddy Je Soe Solo)
No Comment