Kader Partai YF Sukasno SH, MH: “Jalani Amanat Marhenisme Bung Karno”


Aktivis kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Siapa tak kenal sepak-terjang sosok aktivis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kini menjadi Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta. Sosoknya blater tanpa tedeng-aling-aling bila menemukan ketidak cocokan ketika berada dalam satu mimbar saat pembahasan usulan anggaran yang diajukan counterpart dari kalangan eksekutif. Bila tidak sesuai dengan patokan dasar aturan, perundang-undangan, dirinya acap berseru menanyakan landasan operasional apa yang digunakan untuk mengajukan anggaran. Bila tidak cocok dengan plafon tercantum dalam anggaran, dan tidak masuk akal, bakal susah usulan disetujui dalam rapat di badan anggaran.

Pengalaman memimpin dalam rapat-rapat komisi maupun fraksi, menjadikan dirinya tangguh menghadapi situasi macam apapun, membuat dirinya mengetahui dan memahami seluk-beluk dunia politik dan pemerintahan. Awal pertama kali menapakkan kaki menjadi anggota DPRD pada tahun 2004-2009, ketika diberi mandat kepercayaan menggantikan kedudukan senior anggota PDI Perjuangan terdahulu.

YF Sukasno saat berada diskusi di ruang rapat Komisi II DPRD Kota Solo (Jes)

“Setelah kurang lebih enam bulan beliau mundur menjadi anggota dewan maju dalam pemilihan kepala daerah kota Solo. Kemudian saya ditunjuk menjadi anggota dewan melalui Pergantian Antar Waktu (PAW). Lantaran pemilihan legeslatif saat itu masih berdasar nomor urut, kemudian saya didapuk menggantikannya sebagai anggota dewan. Memang dari daerah pemilihan Jebres, terdapat nama nama aktivis anggota partai PDI Perjuangan,” kata YF Sukasno, SH., MH ditemui beberapa waktu lalu

Pemilihan legislatif di daerah pemilihan Jebres, seingat saya terdapat lima kursi yang ikut dalam kontestasi untuk diperebutkan menjadi anggota dewan. Dirinya mengaku berada di nomor urut enam, sehingga tidak masuk dalam kontestasi menjadi pilihan anggota dewan. Setelah FX Rudyatmo menggundurkan diri, kemudian YF Sukasno menggantikannya. “Saya mung sedilit pak Kasno. Sampeyan tata dengan baik anggota partai menggantikan kedudukan di struktur partai,” kata YF Sukasno mengenang pesan yang disampaikan FX Rudyatmo sebelum maju mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah, kala itu.

Bersama walikota Solo di gedung DPRD Kota Solo (Ist)

Ketulusannya mengabdi menjadi aktivis partai berlambang banteng itu, ia jalani sejak partai politik Partai Demokrasi Indonesia masih berlogo segitiga di kota Solo. Bahkan sejak belia dirinya acap terlibat dalam gerakan menjadi aktivis Partai Nasional Indonesia (PNI). Dirinya mengaku partai yang didirikan Bung Karno itu diyakininya dapat mengejowantahkan nilai-nilai marhenisme. “Sejak lama saya ingin terjun menjadi anggota partai Partai Demokrasi Indonesia. Mengemban amanat Bung Karno sebagai kader marhenisme. Sebelum berubah Namanya menjadi PDI Perjuangan,” ujarnya.

Dirinya mengaku akan tetap bersikukuh menekuni ajaran marenisme yang diamanatkan Bung Karno sejak dulu. Roch perjuangan sebagai marhein itulah yang melandasi dirinya ingin total mengabdi sebagai kader aktivis partai dari bawah sejak PDI berlogo segi lima. Bersama dengan bapak FX Hadi Rudyatmo sebagai coordinator kecamatan (korcam), Sukasno merangkak menjadi ketua kelompok di kampung Gandekan. Meski waktu itu terjadi ontran-ontran dalam dunia politik antarpartai berkuasa orde baru, dirinya bersama rekan partai lain berada di belakang Megawati. “Kami semua berada di belakang ibu Mega bersama pak Rudy dan rekan-rekan aktivis partai,” ujarnya, “bahkan sebelum tahun 77 ikut bergabung kampanye PDI segi lima.”

Bersama Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka di lapangan sepak bola

Sukasno ingat betul sewaktu ikut berkampanye bukan mengenakan baju litit halus, tapi memakai kaos oblong robek-robek tanpa lengan. Tidak seperti sekarang kalau rapat antaranggota partai pakaiannya mlitit. Jangankan memakai baju halus, untuk rapat organisasi saja, ujar dia binggung cari tempat maupun buat makan minum ngubengke besek. “Muterin blek adah Konguan dan tampah bantingan buat makan-minum seadanya,” ujar dia, lebih lanjut ia mengatakan, “pokoknya harus mandiri, Gimana tidak, keadaan waktu itu belum benar-benar merdeka.”

Rasanya banyak anggota kader partai masih ingat, markas kantor DPC partai PDI Perjuangan awalnya di jalan kantor Serengan, kemudia pindah ke Kampung Baru dan kemudian bermaskas di kantor Brengosan. Hal itu dilakukan semua kader aktivis partai, ketika itu, untuk menjaga biar aman bila mengadakan pertemuan rapat anggota partai. Sejak tahun 1977 hingga sekarang, anggota kader partai tetap konsisten melangkah menekuni anjuran sang proklamator mengikuti ajaran marhenisme. “Dari dulu sampai saat ini dan akan datang ajaran Bung Karno soal marhenisme akan tetap dijalani seluruh anggota dan kader partai PDI berlogo bulat, hasil siding di Hotel Dana.”

Memperjuangkan kehidupan para buruh merupakan salah satu ajaran marhenisme Bung Karno (demo buruh menuntut upah di DPRD Jakarta)
Previous Antara Fakta & Ilusi Kedatangan UFO ke AS Bikin Heboh Dunia
Next “Drs Achmad Sapari MM Tak Goyah Menentukan Pilihan”

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *