Kuliner Solo, Kembang Tahu itu Namanya Tahok, Bukan Ahok


Tahok makanan kuliner khas Solo, Tahok depan Sar Gede

Bunga yang menambah gizi lantaran mudah diserap usus, carilah bunga tahu di samping Pasar Gede Solo. Bunga tahu? Bagaimana mungkin tahu bisa berbunga dan dapat ditelan, itulah jajanan penambah gizi berasal dari tahu. Tahok.  Carilah di pasar manapun, jangan harap bisa menemukan jajanan khas komunitas masyarakat Balong. Sekarang pun hanya seorang penjual Tahok yang mangkal di samping tugu Jam Sargede. Entah mengapa makanan kulier ‘kembang tahu’ khas Solo dinamakan Tahok, tak banyak yang dapat menjelaskan secara detail.

Bisa jasi, menurut Indra salah satu penggemar Tahok, nama itu berasal dari Bahasa Tionghoa, tahoa. Arti harafiah tao atau teu, katanya menambahkan, berarti kedelai dan hu artinya lumat. “Karena tahok berasal dari Tionghoa, tahoa, bisa saja dipas-pasin jadi namanya itu,” ujar Indra ditemui sedang ngiras dua mangkok tahok

Makanan kuliner khas Solo Tahok, tinggal satu di Pasar Gede

Tidak seperti pembuatan tahu, yang memerlukan waktu lama prosesnya. Kalau tahok, memasak hingga jadi tidak lebih dari dua jam.  Proses pembuatan tahok, kata Sentot generasi ketiga penjual tahok, sederhana, kacang kedelai ditumbuk hingga lumat, dicuci perish dan digiling dan diperas setelah mengental. “Biar enggak terlalu melumer, itu yang agak susah ngejaganya. Harus telaten, njagain api pemanas waktu ngerebus,” ujar dia

Tekstur tahok mirip-mirip dengan bubur sumsum, lembut hanya beda penyajian khas kuahnya yang berbeda. Bila bubur sumsum berkuah, manis dengan santan; tetapi kalau tahok berkuah olahan jahe, pandam, garam dan jeruk ditambah serai. “Memang agak beda soal kuah bubur dan tahok. Rasanya sedikit manis-manis pedas, membuat hangat di badan. Disajikan menggunakan mangkuk,” katanya.

Meski harga permangkoknya dari tahun ke tahun merangkak naik, pembeli tahok mengantri saban pagi hari di tempat mangkal Jam Gede Sargede. Padahal dulunya di Solo ada sekitar 15 penjual tahok yang dijajakan berkeling memakai gerobak dorong. Saat ini, tinggal dua penjual tahok. “Satu di pasar gede, satunya lagi berpindah-pindha. Kalau yang di sini dulu penjualnya mbah saya,” Kata dia

Bergizi murah rezeki, tahok Solo Sar Gede Solo (Ist)

Meski harga kedele dari tahun ke tahun naik, papar Senton menambahkan, harga tahok tidak serta-merta semangkok ikut naik. Naiknya paling lima ratus rupiah. “Sekarang harga semangkoknya Rp.9000. boleh dimakan di warung atau bawa pulang sama. Banyak anak sekolah dan mahasiswa jajan di sini,” ucap dia

“Harganya terjangkau. Ingat yach Om namanya Tahok, bukan Ahok,” ucap seorang aktivis mampir jajan setelah ngepit di CFD (Car Free Day) minggu pagi di Jl. Slamet Riyadi.

Meski telah 20 tahun menekuni berjualan tahok, ia tidak merasa lelah berusaha berjualan. Setidaknya agar makanan kuliner tahok tetap bertahan dan tidak lenyap dari ingatan. Ia ingat betul, ketika kali pertama berjualan ke Pasar Gede tahun 1979, dirinya mengaku masih menggunakan bronjong dengan panci berisi tahok. Berkeliling dari kampung ke kampung. “Semua harus dilakukan dan dijalani dengan tekun. Apapun pekerjaannya,” kata Sentot mewanti-wanti

Berjualan tahok selama hampir 20 tahun tidak membuatnya lelah, hidup berdagang kuliner harus dijalani dengan tekun
Previous Tradisi Babi Guling Memohon Berkah dan Kedamaian di Desa Tibrah Bali
Next Ketika Oma & Opa Reoni Naek Bukit Brexi

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *