Bukan lantaran seseorang perempuan hanya mengenakan celana dalam ngejogrok di perimpangan jalan di ibukota jadi ngetrend, kemudian pakaian rock mini kini popular kembali. Setidaknya, kalangan Anak Baru Geblek alias ABG, unyu-unyu yang senang memamerkan pupu mulus, dan pingin digodain lawan jenisnya. Itulah sebabnya drama korea dan model rock mini menjadi tontonan instan kemudian modenya ditiru. Konon kabarnya pemakai rock mini, selain mengubar paha putih mulus, juga tentu kemolekan wajah menawan hingga menggoda om-om yang suka mengajak mereka halan-halan di coffee di hotel berbintang.
Cilakanya bahan rock mini model koreanan digemari Abg yang memang suka mengenakan karena simple tidak ribet dikenakan cepat saji. Umumnya, model bahannya pun lebih nikmat dikenakan dari polyester, tentu dari luar negri. Tidaklah mengherankan bila penutupan beberapa gerai di mall yang memajang rock mini tengkurap bangkurt, harga yang diobral 80 persen menjadi sasaran remaja milenial 17-23 tahunan rebutan memborong. “Anak saya waktu mall Giant kukut, kemarin malah ambilnya rock mini plus jacket jean model kore-korean gitu. Katanya lebih praktis dipakainya juga isis teterpa angin. Ndak apa-apa juga sih, murah ndak nyampai 200-an ribu,” katanya Grace Skinov, mantan pegawai diplomat ditemui di mall terpandang Bundaran H I, Minggu 25 Juli lalu.
Mungkin ucapan pendatang dari negri beruang kota Moscow itu tidak ada salahnya dan bisa dimengerti lantaran di kota-kota besar paha anaknya acap kepanasan kesamber srengenge setiap hari. Apalagi bila anaknya berdesak-desakan kuliah bahasa di bilangan Thamrin naik busway atau kereta. Sebenarnya, ujar dia menambahkan, anak milenial tidak jadi masalah mau mengenakan rock mini yang memamerkan paha dan udelnya, toh mereka sedang tumbuh menjadi dewasi. “Siapa sih yang tertarik dengan anak-anak bau kencur kalau ngeliatin rock mini dan ngeliatin pusar mereka. Kecuali nyang dilihat, selain anaknya, ngelirik juga mamanya,” katanya sembari senyum-senyum. Ditanya soal selebrity yang nampang menggunakan celana dalam dan kutang, dia tidak mau berkomentar. “Males ngomentari, ntar malah dibully.”
Bagaimana tidak akan menggoyahkan iman bila hanya asesories cuma terdapat zipper dan furing dengan ukuran lingkar pinggul small, medium dan large ketat memeluk tubuh penggunanya. Hal yang paling utama justru panjang bahan jadi kesemuanya itu potongannya di atas dengkul. Nah model rock mini itulah, yang kini menjadi trend ketika PPKM digulirkan pemerintah untuk menstop penyalarnya penularan covid-19, tetapi tidak menghentikan celana dalam dapat diintip saat halan-halan di mall yang lagi sepi.
Masih mending yang suka halan-halan ke mall, sebelum udara ruangan caffee terpapar pandemic covid-19, anak muda baru geblek unyu-unyu, tetapi juga tante-tante milenial seumuran 25-32 tahunan yang gemar nyuci mripat, mengoda opha-opha tajir ngajak nyeruput kopie. Barangkali biar mereka dikira masih berstatus mahasiswi atau bahkan anak sekolah dengan memakai Seifuku alias seragam sekolah layaknya siswi di Jepang seperti pelaut berok mini.
Barangkali bisa dimengerti, bila pemakai seifuku itu Abg yang masih memegang teguh norma dan etika tradisional dengan mengenakan baju kinomo modern, toh tak satupun mereka mau ke sekolah atau kampus memakainya. “Mana ada ke kampus atau sekolah makai kimono modern, yang ada justru rok mini di atas paha muaros mepet ke Miss-V biarpun turun salju sekalipun,” kata Hirazi Makagama pada Nicole contributor di Moscow.
Entah lantaran budaya di Jepang modern tidak menyoal pakaian perempuan, entah muda atau STW (setengah tuwir) belajar ke sekolah atau kampus, memperlihatkan bagian paha di atas lututnya agar kelihatan sexsi. Meski dulunya masyarakat Jepang masih memegang teguh norma, tapi sewalti di sekolah menengah atas mereka menolak memakai kimono meski dimodernisir.
“Mana mau mereka pakai itu. Selain ribet, juga tidak praktis buat belajar. “Makai kimono membuat gerak-gerik para siswi terhambat, apalagi saat beraktifitas olahraga dan jingkrak-jingkrak main basket,” kata Elizabeth Lee, guru asal China yang mengajar di Jepang, “tahun 1918 kami design model seragam sekolah seperti tantara Angkatan laut dan dijahit designer professional.” Tidak ada maksud untuk memamerkan keindahan paha, tetapi memang dirancang agar tidak ngerepotkan si pemakai saat harus terburu-buru. Perkara tanggapan orang luar, itu bukan lagi menjadi persoalan para perancang busana, tetapi tergantung warga masyarakat yang akan menilainya. “Dari sudut mana Anda bisa mengatakan, makai rock mini menggoda iman kalian. Itu pikiran ngeres. Jangan sampai dipolitisir. Memangnya mengganggu, kalau di campus kuliah atau di sekolahan, mosok ada pedopilia sampai kelayapan mencari Abg. Rasanya sih tergantung sudut pandang. Kalau otak kalian ngeres, siapapun pasti dipandang juga ngeres. Memang aneh. Tubuh-tubuh sendiri, kalian yang sewot. (yulia dari Jepang / eddy j soe – Solo)
No Comment