Bukan lantaran acap tinggal berada di bangunan yang tinggi lantas seseorang menderita darah tinggi dalam Bahasa medis disebut hipertensi. Penyakit darah tinggi dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan lain yang membahayakan nyawa lantaran dapat meningkatkan resiko terjadi penyakit jantung, stroke bahkan kematian mendadak. Kondisi tekanan darah semacam itu penyebab utamanya lancar-tidaknya sirkulasi darah terhadap pembuluh darah utama melewati dinding arteri tubuh. Kelancaran sirkulasi darah yang beredar juga sangat tergantung dari seberapa keras jantung bekerja sebagai pemompa aliran darah yang melewati pembuluh arteri darah.
Kelancaran dan resistensi pembuluh aliran darah yang dipompa jatung tentu terkait dengan dinding-dinding darah arteri. Semakin sempit pembuluh darah arteri, tekanan darah akan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Seamakin lebar, normal pembuluh darah arteri, peredaran darah dari dan ke luar jantung akan lancer. Bagi orang dewasa, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah, paling tidak tekanan daarah setiap lima tahun sekali. Sehingga diketahui angka penanda sistolik yang mewakili tekanan dalam pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdetak seseorang; dan angka diastolic untuk mengetahui tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya.
Seseorang dapat dikatakan mengalami hipertensi bila angka yang terdapat dalam tekanan darah sistolik pada waktu pengukuran selama dua hari berturut-turut menunjukkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau terlihat angka dalam tekanan darah diastolic lebih besar dari 90 mmHg. Hal yang perlu diketahui, yakni seiring bertambahnya usia sesorang kemungkinan memiliki resiko penyakit hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih muda umurnya. Beberapa factor dapat meningkatkan resiko hipertensi antara lain, batas usia 65 tahun, konsumsi garam tinggi, kelebihan berat badan atau obesitas, riwayat keluarga, mengkonsumsi minuman beralkohol, kurang asupan buah dan sayuran, juga jarang berolahraga.
Meski demikian, resiko darah tinggi dapat dicegah dengan mengubah pola hidp dan makan menjadi lebih sehat secara rutin. Memenuhi asupan gizi tubuh yang seimbang, asupan cairan harian tubuh dan mulailah berolahraga secara teratur, menjadi pilihan paling pas dilakukan. Kalau Anda tidak bisa melakukan hal itu, pilihannya, terserang penyakit hipertensi primer atau sekunder. Sebab, hipertensi primer, cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Sebaliknya darah tinggi sekunder disebabkan tekanan darah lebih tinggi dari hipertensi primer, dan terjadi secara tiba-tiba muncul.
Bermacam kondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder antara lain seperti obstruktif sleep apnea (OSA), masalah ginjal, tumor kelenjar adrenal, tiroid, cacat bawaan di pembuluh darah, obat-obatan antara lain pil KB, obat flue, dekogestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas dan obat-obatan terlarang. Gejala yang sering mengidap hipertensi akan merasakan sakit kepala, lemas, masalah penglihatan, nyeri dada, sesak napas, aritmia dan terdapat darah dalam urine.
Kategori umum tekanan darah yang biasa diukur menggunakan manset lengan tiup di sekitar lengan, atau memakai alat ukur tekanan digital dapat dikategorikan yakni, 1) tekanan darah normal di bawah 120/80 mmHg, bila sistolik berada di kisaran 120-139 mmHg disebut sebagai prahipertensi. Atau tekanan darah diastolic berkisar 80-89 mmHg kondisi prahipertensi dapat memburuk dari waktu ke waktu. Hipertensi tahap 1 tekanan sistolik berkisar 140-159 mmHg, atau tekanan diastolic berkisar 90-99 mmHg. Darah tinggi tergolong parah ketika tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolic 100 mmHg atau lebih tinggi.
Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup guna mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Perhatikan selalu dosis obat yang diberikan dan efek samping yang mungkin terjadi. Agar Anda tidak dihinggapi hipertensi, selain makanan bergizi tinggi, juga hindari penyebab lain seperti ekspresi pemicu hipertensi ngamuk dengan isteri saat pandemi (eddy je soe / berbagai sumber)
No Comment