Entah sejak kapan bulu ketiak menjadi ganjalan, terutama bagi kaum perempuan, yang ogah terlihat njlebret kelihatan orang lain. Itu dulu. Semenjak baju kutung alias you can see, mbludak membanjiri rumah mode, justru sekarang bulu ketek mocar-macir dicuekin si pemilik tubuh. Tentu trend membiarkan buku ketiak, dan juga bulu-bulu lain yang tumbuh ‘menghutan’ diseluruh sudut tubuhmu, kini menjadi pilihan aneh. Toh banyak diantara kaum perempuan justru saat ini menggelontorkan mode 2020 di musim pandemic covid-19.
Entah apa alasannya, kaum perempuan, terutama STW alias setengah tuwir, di jagad luar negeri mengkampanyekan ‘let their hair on your body” jelas tak ada yang ngelarang dan memprotes soal ‘pertumbuhan’ rambut di tumuh. Bahkan kaum feminis menyokong penuh kampanye menumbuhliarkan rambut, jenis apapun di atas tubuh, menjadi keniscayaan yang harus diakui orang lain. Perkara orang ngeliatin, bagi sebagian besar perempuan yang baru bongsor dan masih ‘imut’ membuly pemilik rambut, justru dicuekin. “Eamangnya rambut di ketiak gwe nggegangguin kamu? Siapa Loe,” kata Rhihana Vibrekova, pada contributor sarklewer.com di Moscow
Mahasiswi jurusan sastra Indonesia di negeri beruang abang di universitas terkemuka di Rusia itu tetap saja ngeyel membiarkan bulu ketiaknya njebret-njebret. Bahkan, menurut dia, apa salahnya memelihara bulu ketiak tumbuh lebat. Rhihana malah akan mewarnai bulu keteknya berwarna-warni seperti bender negara lain. Toh di negaranya tak ada yang usil dan membuly kelakuan Rhihana memelihara bulu ketiaknya yang tumbuh subur. Menurut dia, trend memelihara bulu kelek mulai marak setelah musim kampanye pemilihan presiden di hamper semua negara. “Menurut gwe tidak jadi masalah pelihara bulu ketek. Kenapa kalian pada ngeributin warna warni bulu ketiak kami,” ujar dia sewot, “emangnya mengganggu kalian. Tanya tuh sama istrinya presiden As, bulu keteknya diwarnain kagak.”
Nah yang jadi masalah, sebelum kaum perempuan meniru-niru mewarnai bulu ketek sebenarnya mereka ketakutan mencari obat pencegah pertumbuhan bulu ketiak sudah sejak lama. Selain itu, banyak diantara kaum perempuan yang tidah tahu cara menghentikan hormone yang tetap memicu pertubuhan bulu ketiak dan kaki sejak lama. Cilakanya c ara menstop pertumbuhan bulu-bulu itu justru dimanfaatkan buat kampanye produk iklan yang gencar menyoal ketidakpantasan memelihara rambut kelek.
Namun perubahan peradaban dan kemajuan industry kedokteran berkolaborasi dengan farmasi mampu menghambat hormone pemicu pertumbuhan rambut, toh di awal abad 20, wanita, dan tentu saja masyarakat pada umumnya tidak peduli lagi dengan raumbut yang tumbuh di tubuh mereka. Meskipun gaun taun lengan menjadi mode, pengiklan mulai mentargetkan dengan gencar menyetop pertumbuhan rambut di ketiak mereka dan mendorong agar wanita menghilangkannya.
Aktivitas mewarnai bulu ketiak bukan saja digandrungi di Amerika Serikat, dan mengatakan kegiatan mengucir dan mewarnai seperti biru, hijau dan merah muda dinilai Ruth Fremson, pengamat mode, sebenarnya merupakan identitas keakuan sebagai seorang aktivis feminis. Beberapa orang bahkan bilang, mengucir rambut dan mewarnai bulu kelek merupakan cara terbaik meneguhkan ketangguhan hari seorang aktivis yang tidak mau dilecehkan eksistensinya. Paling tidak menurut Ruth Fremson, dikutib The New York Times via Beauty & Grooming, membuat mertua ketakutan.
Paling tidak kalau ada pameran photografi bulu ketek seperti tahun lalu, menurut Ruth, banyak perempuan yang akan ikut kontentans sebagai model berbulu ketiak menarik. Bisa saja pameran panjang-panjangan bulu ketek, menurut dia tidak masalah dipamerkan. “Tidak ada yang salah memamerkan buku ketiak berwarna-warni. Siapa tahu nanti kepilih sebagai vote-getter pada waktu kampanye Pilkadal di negeri kamu. в вашей стране сейчас всеобщие выборы” (nicocel dari Moscow/eddy je soe – Solo)
No Comment