Entah apa sebabnya pas hari kemerdekaan negri ini, Rob Sheffield, mengunggah tulisan panjang di media bergengsi web RollingStone. Tak banyak yang tahu apakah Rob umurnya terbilang di atas setengah abad, dan pantas dipanggil opha-opha atau justru sebaliknya terbilang ABG –anak baru geblek tak banyak yang tahu jejak Beatles. Kami berusaha menanyakan ke crew media, rasanya tak pantas menanyakan usia seseorang: pamali. Mengapa perlu tahu umur penulis biografi band legendaris The Beatles, agar kami tahu, Rob Sheffield layak menulis artikel jejak Lenon dan konco-konconya tanpa cidera-kata, atau tidak. Ternyata naskah tulisannya prima.
Bisa jadi Rob Sheffield menulis naskah Beatles sudah lama dan baru diupload ngepasi tujuhbelasan di ndeso kami. Rob Sheffield mengawali tulisanya pembuka menyebutkan ‘lima puluh tahun yang lalu, Beatles disebutnya mengakhiri karir puncak sebagai rock paling ngetop; Rob bahkan menyentilnya dengan judul, ‘Dan Pada Akhirnya’ Meski sedang didera persoalan antarpersonil Beatles, toh Rob Sheffield tetap menyemangati ‘bekas’ grup band yang dielu-elukan muda-mudi waktu itu dengan kata menyentuh. Meski patah hari, persaudaraan diantara mereka, toh music Beatles tetap dianggap penting.
Senin pagi di bulan Januari 1969, tulis Rob Sheffield mengawali paragraph lanjutan naskah panjangnya, The Beatles bermaksud Kembali pada formasi semula. Album ‘Get Back’ yang menjadi icon lawasan, waktu itu, dinilai ide yang sempurna. Mereka bersiap-siap masuk ke dalam dapur rekaman di studio televisi. Bisa dibayangkan, hanya empat pemuda dengan instrument sederhana menciptakan ‘kegembiraan’ sekaligus perdamaian ke pojok-pojok dunia.
Rencana mewujudkan impian mempertemukan ‘pentolan’ Beatles seperti John, Paul, George dan Ringgo jauh-jauh hari telah memesan waktu konser TV secara khusus ‘ngeblok’ untuk life perform tetap setiap tanggal 18 Januari dan seterusnya pertunjukan langsung beberapa tahun. Itu rencana awal yang dikulik Rob Sheffield dan dituangkan di media. Mereka berlatih selama beberapa minggu, sebelum pertunjukan life beneran disiarkan ke penjuru dunia. Tampak terlihat Paul dan Ringgo bersemangat untuk direkam dan akan tayang klip setengah jam, uji coba sebelum mengudara beneran TV mereka.
Jadi di sinilah mereka pada Senin pagi, siap untuk mempesona dunia agar kecemerlangan Beatles yang spontan, terangkat kembali. Setidaknya Paul dan Ringo mengacungi jempol atas upaya menghidupkan kembali masa kejayaan Beatles. Rencana menghidupkan pamor Beatles sebagai grup band yang diawaki empat personil itu, tampaknya sia-sia. Adakah hubungannya John lagi gebetan dengan Yoko, atau perselisihan dengan George, entahlah. Yang jelas George saat itu mutung dan keluar dari Beatles. Padahal juru camera dengan lighting tetap menyala siap pengambilan gambar, toh mereka tetap tak bisa didamaikan. Dan muncullah album baru “All Things Must Pass”
Meskipun demikian, John tetap mencibir George dan melontarkan suara sengak kagak enak didengar secara terbuka. Baiklah kalua begitu, ucap George, sampai ketemu di kelab malam nanti. John tetap tidak menganggapnya serius. “Saya pikir jika George tidak kembali pada hari Senin atau Selasa, kami meminta Eric Clapton untuk bermain di dalamnya,” katanya. “Intinya, jika George pergi, apakah kita ingin melanjutkan The Beatles? Saya lakukan. Kita harus mendapatkan anggota lain dan melanjutkan.
Benar saja George tetap ngambek tidak dating Latihan buat rekaman di TV. Begitu juga John dan Yoko (gebetan barunya) juga tak terlihat di tempat berlatih sementara sebelum mulai pengambilan gambar. Paul dan Ringo menghabiskan waktu nge-jam di lagu radio terbaru, “Build Me Up Buttercup.” Sejak itu, semua orang berkumpul memebahas krisis tanda-tanda Beatles akan bubar sudah terlihat nyata. Banyak juga yang memperbincangkan kehadiran Yoko menjadi salah satu alasan mawutnya band langendaris tahun 60-70an itu. Meski demikian, Paul tetap membela gebetan John agar Beatles tetap berdiri kokoh. “Jangan menyudutkan John, kita semua bersahabat dan satu keluarga. Biarkan mereka ingin tetap bersama, keduanya. Jadi tidak apa-apa. Biarkan kekasih muda bersama.”
Paul harus terkekeh, memikirkan bagaimana generasi masa depan akan melihat kembali hal ini – The Beatles, yang terhebat dari semua band rock & roll, tim kreatif paling legendaris di dunia, berantakan karena pertengkaran yang sepele. Bahkan pada pagi musim dingin yang sesuram ini, Paul tetap tertawa. “Peristiwa ini akan menjadi hal lucu dan luar biasa seperti waktu 50 tahun lalu. Pasti Anda sudah dengar mereka putus karena Yoko duduk di ampli.”
Paul tidak salah. Lima puluh tahun kemudian, orang masih terobsesi dengan akhir The Beatles. Itu adalah kisah favorit dunia tentang bagaimana segala sesuatunya berantakan. Seperti Fleetwood Mac di Rumours, Let It Be dari The Beatles telah melambangkan seluruh konsep perpisahan. The Beatles, menjadi contoh dasar cara bekerja bersama membuat reportoar bareng-bareng, dan kemudian, ironisnya, saling cakar-cakaran, mencabik-cabik grup band legendaris itu.
The Beatles memainkan konser perpisahan mereka yang terkenal di atap kantor pusat Apple mereka di London, sampai polisi menutupnya. Belakangan tahun itu, mereka membuat satu mahakarya lagi, Abbey Road, sementara kaset Get Back berdebu. Manajer bisnis baru Allen Klein merilis rekaman Get Back sebagai film futuristik, berjudul sama, Let It Be. Film ini tayang perdana pada Mei 1970, beberapa minggu setelah Paul mengumumkan perpecahan The Beatles. (berbagai sumber / eddy je soe)
No Comment