Ditengah meruyaknya kekawatiran warga dunia dihabisi Virus Corona alias Corona Virus Diseases-19 (Covid-19), penyebar ketakutan, hingga menghentikan rencana pagelaran fashion show di pusat mode dunia tentu berdampak pada penghasilan rumah mode merosot ketitik nadir.
Bukan hanya produk rumah mode sejagad yang gaduh lantaran hasil designer terbagus yang dirancang dan akan digelar di awal musim semi di pusat mode dunia, Milan tertunda gara-gara Covid-19.
Bukan tidak mungkin pameran trend Milan fashion di Italia yang akan menampilkan designer kelas wahid, akhirnya juga menjadi korban serangan pandemic virus, tetapi ketakutan itu juga melabrak rumah mode di Roma, Amerika, Perancis dan bahkan di Jepang. Entah gerundelan semacam apa yang akan dilontarkan para selebritas papan atas penggemar mode para designer teratas dunia, jelas mengisyarakatkan ketakutan terhadap kemungkinan dilabrak Covid-19.
Apapun sikap para kepala pemerintahan di hampir semua negara di dunia, yang akan pemberlakuan Lockdown wira-wiri pendatang baru datang kesuatu negara, agar keganasan virus corona tidak membawa korban jiwa, pantas dihormati. Keganasan virus Corona atau dalam istilah WHO (World Health Organization) dinamai sebagai Convid-19 itu, pada dasarnya hanyalah menyangkut persoalan antivirus, hingga kini belum ditemukan obat penangkal vaksinnya.
Bisa dibayangkan bila sebuah rumah mode dengan jumlah penghasilan miliaran rupiah itu nyungsep kagak ada yang berani nyamperin dan belanja mode buat halan-halan saat musim semi nanti, apa kagak gelagapan siempunya rumah mode itu. Nah bila Anda pengemar rancangan designer rumah mode kelas wahid di luar Italia, nama-nama seperti Luis Vuitton, Hermes, Gucci, Prada, Burberry, Ralph Lauren, House of Versace, Armani yang dinobatkan sebagai trend setter dalam peragaan pembuat decak kagum perolehan atas brand value sebagai aset negara, jelas akan berucap: whuo koq bisa. Sebagai gambaran, betapa berharganya rumah-rumah mode sebagai penghasil pemasukan penghasilan pajak suatu negara, simak saja brand value rumah-rumah mode itu.
Sebut saja, brand value Armani, misalnya, hingga tahun kemarin mencapai USD 3.5 billion. Nama Armani didirikan pada tahun 1975, setelah unggahan di media mencuatkan Richard Gere sebagai brand ambasador. Entah lantaran film ‘American Gigolo’ yang diperankan Richard Gere, memakai balutan busana suit Armani, atau emang para perancangnya berkelas langit, tak mudah diterka. Yang jelas setelah mencuat, nama Armani meroket sebagai product fashion 10 besar sebagai klangenan para selebritas yang gandrung pakaian fasionable.
Merk lain yang tak kalah mentakjubkan, misal nyarumah mode House of Versace, tahunke marin brand value perusahaannya telah mencapai USD 5.5 billion. Rumah mode asal Italia yang didirikan Gianni Versace tahun 1978 dengan mengusung icon sebagai mode Luxury, dan menggandeng selibritas dengan bayaran tak sedikit, Jennifer Lopez, hanya untuk mengenakan gaun hijau transparan, jelas membuat decak kagum penggemar mode kala itu.
Berbeda dengan rumah mode lain, Ralph Lauren awalnya hanya peletak dasar merk mode itu mengawali dari seorang ‘penjualdasi’ kelas ecek-ecek pada tahun 1966. Lantaran ia memang pekerja ulet dan keras asal Amerika mengusung hasil karya ketika ngurusin wardrobe film ‘The Great Gatsby’, Namanya melejit dengan brand value mencapai USD 5.6 billion tahun lalu.
Bila Anda ingin menelisik rumah mode lain yang lebih lawas berdiri, lihatlah house of fashion Burberry yang didirikan pada tahun 1856. Pemegang sekaligus pengelola house of fashion awalnya mengelondorkan hasil karya iconic french coat pada tahun 1961 di film ‘Breakfast at Tiffany’s dengan bintang film Audrey Hepburn, sedang mengenakan trench coat. Lantaran mencatut nama Prancis, jelas seolah mengetengahkan budaya besolek di antara kaum perempuan warga dunia lain, sehingga membawa kebanggaan pemakainya. Saat ini brand value mencapai USD 5.72 billion
Bagi Anda yang ingin gampang mengucap, nama suatu icon yang gampang terucap dari product sebut saja ‘Prada’ simple dan orang lain beranggapan hasil rancang busana itu terciptadari Kawasan Asia: house of fashion Prada. Jangan kaget bila seluruh hasil rancang busana yang dicuatkan dan dijual Prada, tentu siap pakai berbahan kulit aseli; termasuk aksesoris fashion seperti tas, dan dompet yang menjadi incaran wanita. Nilai brand value saat ini mencapai USD 6.5 billion. Fantastik bukan.
Brand value papan atas keempat dalam deretan 10 besar diraih Chanel sebesar 8.9 billion. Tumbuh dan mencuat di pusat kota mode Paris, menjadi saksi tokoh sekaligus peletak fondasi rumah mode ini yakni Gabriel Coco Chanel. Mengusung text line semboyan, pakailah dengan nyaman busana bermartabat hanya ada di Chanel. Tentu menancapkan pengertian asosiatif bahwa kaum wanita akan dihormati ketika mengenakan product house of Channel
Brand value lain yang tak mungkin dapat dianggap remeh lahir dari Italia pada tahun 1921 lewat tangan designer muda, Guccio Gucci mengambil alih perusahaan dan merambah dunia fashion mengenalkan ‘Bamboo Bag’ Bersama desainer Amerika Tom Ford, Gucci semakin melejitkan nama Gucci hingga tahun 1990-an dengan nilai taktanggung USD 13.8 billion
Rumah mode lawasan lain yang didirikan pada tahun 1837, kini menduduki peringkat kedua sepuluh besar house of fashion diraih Hermes. Pasalnya Hermes tak mau memproduksi hasil ciptaan secara masal lantaran dibuat dengan jaminan tak satupun menyamai barang ciptaan mereka, dibuat dan dirancang hanya satu desainer dari awal sampai jadi baju yang nyaman dipakai. Tidaklah mustahil bila nilai brand value mencapai USD 18.938 billion.
Peringkat utama dari 10 besar rumah mode diraih Louis Vuitton dengan nilai brand value sebesar USD 27.445 billion. Semua orang tahu symbol LV merupakan hasil produk karya kenamaan Louis Vuitton. Tidaklah mengherankan bila selebritas papan atas seperti Angelina Jolie, Lady Gaga, Michael Phelps, Sarah Jessica Parker menjadi pelangan setia karya para designer Louis Vuitton.
Adakah rumah mode di negri ini yang mampu bersaing dengan penghasilan para pemilik dan pengelola house of the world fashion, entahlah. Yang jelas penghasilan para pemilik rumah mode tenar di manca negara saat ini kelimpungan memasarkan hasil karya perancang papan atas lantaran diobrak-abrik kehadiran Virus Corona yang melanda dunia. Masih beruntung rumah mode di Indonesia masih bisa bertahan, meski miskin hasil rancangan terkini tak tampak digelar secara rutin. Termasuk peragaan batik fashion di kota Solo. Habis takut sama Covid-19 sih. (nicole dari AS / eddy Je soe – Solo)
No Comment