Inilah trend generasi melineal yang lagi gandrung dengan tato. Bukan hanya mentato di tubuh yang terlihat, tetapi di tempat paling sensitive: buah dada dan tempat sensitive lain, lagi digandrungi perempuan bule. Bila Anda penyuka orat-oretan bergambar aneh-aneh, pergilah ke studio pentato tubuh di beberapa tempat di negeri ini. Tidak hanya di sekitar tubuh yang sensitive, buah dada, tetapi ada pula yang mentato di seluruh tubuhnya.
Entah sejak kapan kegemaran menggambari tubuh mulai digemari di negeri ini. Padahal, lima belas tahun lalu, terutama tato pada kaum pria, bila kelihatan tubuhnya dipenuhi gambar tato, bisa saja dianggap sebagai pencoleng lulusan hotel perdeo. Tampaknya cap itu, kini mulai terkikis dan sirna. Bahkan saat ini kecenderungan mentato tak hanya disenengi perempuan bule, tapi mulai merambah dunia Abg milenial kota besar di Indonesia.

Maraknya mode ‘mencacah’ tubuh dengan tinta tak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa negara, terutama generasi milenial Amerika kegemaran mentattoo meningkat tajam. Pada Juni 2006, misalnya, jurnal American Academy of Dermatology, melansir hasil survey lewat telepon yang dilakukan pada 2004 dengan jumlah responden lebih dari seribu, menemukan 36 persen orang Amerika berusia 18-29 tahun mentatoo tubuhnya. Sedangkan yang berumur 30-40 tahun sebanyak 24 persen. Juga ditemui orang yang telah sepuh juga mengaku mentatoo kulitnya sebanyak 24 persen.
Survei lain secara online dilakukan Harris Interactive pada 2008, memperkirakan 14 persen semua orang dewasa di Amerika Serikat memiliki tato. Meski agak turun disbanding tahun 2003 ketika itu diperkirakan 16 persen orang Amerika Serikat bertato. Temuan lain yakitu, kaum pria lebih banyak mentato tubuhnya disbanding wanita.

Mereka menyimpulkan bahwa Generasi X dan Milenium mengekspresikan diri melalui penampilan mereka, dan tato adalah bentuk ekspresi diri yang populer. Kalau di Amerika, menurut Richmond, di Virginia disebut-sebut sebagai salah satu kota paling bertato. Lantaran itulah Richmond membuat gebrakan yang dinamakan ‘Pusat Sejarah Valentine Richmond’ dengan berpameran lewat online bertajuk “History, Ink: The Tattoo Achive Project.”
Nah sejak itulah dunia mode Barat keranjingan mentato tubuh, mereka tak pandang bulu jenis kelamin. Semua boleh mengambari tubuhnya dengan tinta yang dicocok di atas kulit jaringan epidermis, dan tidak dilarang. Bagaimana kondisi di Indonesia? Tak satupun penelitian mendalam dilakukan soal, tato. Meski demikian, penggemar tato semakin bertambah, “entah mentatto tubuh secara permanen, atau yang bisa dihilangkan tanpa melukai tubuh.”
Itulah sebabnya kemunculan studio tato di beberapa negara mulai menyeruak sejak 1916 dan 1943. Di Sydney, Fred Harris disebut pionir pentato menggunakan mesin penusuk kulit tubuh. Termasuk mulai mendesign gambar-gambar ciamik tato sesuai permintaan ‘pasar’ peminat ngorat-oret tubuh. Sejak itu salon kecil Fred mengalami peningkatan jumah pelanggan yang ingin ditato tubuhnya. Seperti dikutib laman Wikipedia, “Jumlah perempuan yang ingin ditato kulitnya juga semakin banyak mentato kaki hingga tempat tempat lain sehingga bisa dilihat melalui stocking.”

Pengamatan jurnalis sarklewer.com di beberapa kota menunjukkan, sedikitnya terdapat studio tato dengan peralatan modern. Sebut saja di Bali, Surabaya, Solo, Semarang, Jogya dan Jakarta. Bahkan, di Kota Bengawan telah dua kali diadakan ajang pemilihan ketrampilan mentatoo tubuh. “Pesertanya datang dari berbagai kota dan luar,” kata Sigit salah satu peserta studio tato dari Jakarta, tahun lalu.
Mentato Biar Sexy & Sakti
Konon kegemaran mengambari tubuh dengan warna sudah ada sejak, zaman nenek-moyang suku Daya di padalaman Kalimantan. Secara tradisional menorehkan gambar atau tulisan menggunakan peralatan sederhana dengan melukai tubuh dan menggosokkan tinta pewarna jelaga alami dilakukan sebagai rajah penangkal serangan gaib, biar sakti.
Menurut budaya di beberapa suku Daya Iban, Dayak Kayan dan Suku Bali. Bahkan dalam tradisi suku Mentawai, dikenal sebagai Arat Sabulungan dimaknai sebagai sistem pengetahuan, nilai dan aturan hidup yang wajib dipegang kuat dan diwariskan leluhur.
Bisa jadi keberadaan rajah alias tato di suku Mentawai merupakan budaya mengorat-oret kulit tubuh tertua. Nenek-moyang orang Mentawai datang dari daratan Asia ke pantai barat Sumatera, diperkirakan ada jaman baheula, sebelum masehi, jadi lawas bingit.

Dan dalam masyarakat ini, tato memilki kaitan erat dengan sistem kemasyarakatan, sehingga setiap penduduk suku asli Mentawai memiliki belasan tato di sekujur tubuhnya. Menurut William Marsde, dalam laporannya pada umumnya warga suku Mentawai ditato sejak berumur tujuh tahun. Sedang kaum perempuan, suku Pagai, salah satu gugusan pulau di Mentawai, mentato bentuknya bintang dan ditorehkan di kedua bahu.
Tak sembarangan mentato tubuh menggunakan seseorang kalau bukan ahlinya dan memiliki ‘ilmu’ gaib yang dapat menahan sakit orang yang ingin merajah tubuhnya. Bagaimana tidak saki, bila kawat tembaga yang dioles jelaga damar dicampur air tebu dicocok-cocokkan di kulit. tegak lurus tergoreskan lewat ujung kayu!
Dalam buku Dragon and Hombill, Bernard Sellato, mengungkap selain suku Dayak Tunjung dan Dayak Daratan, hampir semua kelompok suku Dayak di Kalimantan mengenal tato sebagai penanda identitas kelompoknya. Pada orang Dayak Kayan dan Kenyah, wanita mengenakan lebih banyak tato pada tangan dan kakinya untuk mempercantik diri. Sedang kelompok pria Daya umumnya mentato sebagai lambing kejantanan dan keberhasilan dalam perang.
Mentato Tubuh Aman & Sehatkah?
Tak banyak yang mengetahui bila mentato tubuh sebenarnya juga rawan infeksi sehingga mudah terjangkit penyakit. Bisa dibayangkan, bila penempatan pewarna disuntikkan pada pigmen dermis kulit, yakni dasar jaringan kulit epidermis. Setelah injeksi awal, pigmen pewarna dari luar disebarkan ke seluruh lapisan jaringan kulit dan mengalami dehomogenisasi ke bawah lewat epidermis dan atas di dermis yang memancing fagosit –sistem kekebalan tubuh—menelan partikel pigmen asing tersebut.

Saat proses penyembuhan berlangsung, epidermis yang rusak mengelupas (menghilangkan pigmen permukaan) sementara lebih dalam di jaringan granulasi kulit, yang kemudian dikonversi menjadi jaringan ikat oleh pertumbuhan kolagen. Ini memperbaiki dermis atas, di mana pigmen tetap terperangkap dalam generasi makrofag, akhirnya berkonsentrasi dalam lapisan tepat di bawah batas dermis ataupun epidermis.
Keberadaannya di sana stabil, tetapi dalam jangka panjang (dekade) pigmen cenderung bermigrasi lebih dalam ke dalam dermis, yang menjelaskan detail terdegradasi dari tato lama. Cilakanya bila sistem kekebalan tubuh tak mampu menghancurkan benda asing, lantaran kalah kuat, bisa jadi tubuh akan bereaksi negative. Apalagi bila jarum yang digunakan bukan sekali pakai, kemungkinan terjadi penularan penyakit berbahaya sangat mungkin.
Saat ini model melakukan tato paling umum di zaman modern yakni menggunakan mesin tato listrik yang memasukkan tinta ke kulit melalui jarum tunggal atau sekelompok jarum. Pencoblosan berulang, sesuai gambar, memakan waktu 80-150 kali per detik. Kebersihan tempat, di studio tato, dan sterilitas para seniman pentato merupakan hal utama agar tidak menularkan virus.
Setiap peralatan harus wajib disterilkan dalam autoclave bersertifikat, dan ini yang jarang ditemui di studio tato kecil. Itulah sebabnya perlunya pengisian informconcern yang harus ditandatangani melalui formulir persetujuan tertulis yang menguraikan resiko dan komplikasi untuk memperoleh perawatan setelah dilakukan tato.
Bagi pengemar tato, terutama kaum wanita yang ingin mentato di payudara, ada baiknya dipertimbangkan. Kenapa? Struktur organ tersebut buat menyusui anak Anda, secara endokrinologis dipenuhi kelenjar yang paling penting dan dibutuhkan bagi kesinambungan generasi Anda. Jadi sila dipertimbangkan bila ingin mentato buahdada Anda. Kecuali tato nonpermanen,sekedar hiasan. Itupun sebaiknya hanya berada di seputar lingkar bawah payudara (Nicole dari AS/Eddy Je Soe Solo/berbagai sumber)
No Comment