Tak mudah menorehkan teks dalam satu prasasti yang mampu menggugah kesadaran warga masyarakat untuk mencintai anak. Bukan hanya sekali dua, Unicef sebagai lembaga dunia mengadakan kegiatan bersama pemangku kebijakan di berbagai negara menggalang kesertaan generasi agar tidak terjerembab ke dalam kubang kenestaan hingga mudah terseret ke dalam tindakan radikal, perlu ditangkal. Unicef menengarai, kebiasaan hura-hura dalam satu komunitas kelompok pelajar tanpa mengenal batas waktu, menjadi ciri khas generasi milenial, bila tidak diawasi dengan serius akan menjadi masalah di masa mendatang, lantaran mereka masih labil dalam mempertimbangkan dengan nalar
Tidaklah mengherankan bila, badan dunia yang berkecimpung di bidang anak dan kepemudaan berusaha semaksimal mungkin menghalau gerakan infiltrasi penanaman tindak kekerasan terhadap anak dalam segala bentuk. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bahkan telah jauh hari merangkul kegiatan yang diadakan oleh lembaga swadaya masyarakat untuk membentengi penyusupan berbagai gerakan bertujuan merusak aklak. Gerakan penyusupan suatu pafam ideologi inteloran dan radikal yang bertujuan menghancurkan masadepan generasi muda, dan negara pantas diwaspadai dengan serius.
Bukan hanya dalam bentuk infiltrasi penyalahgunaan obat-obatan terlarang yang ditakutkan Pemkot Solo, tetapi juga paham radikalisme di sekolahan berdalih kegiatan ekstrakulikuler. Hal-hal seperti itulah, menurut Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, perlu secara terus menerus diwaspadai sejak dini. Pemerintah melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tidak henti-hentinya menangkal paham radikalisme di berbagai sekolahan melalui kegiatan positif.
“Paham radikalisme yang menyup ke dalam kegiatan di sekolah harus terus diwaspadai setiap saat. Bukan hanya kegiatan dalam bentuk pemaksaan secara sembunyi-sembunyi melalui ekstrakulikuler di sekolah, tetapi juga kegiatan yang menjurus penyeragaman berpakaian yang menyimpang dengan aturan sekolah, dilarang keras. Karena tidak sesuai dengan Undang-undang dan ideologi Pancasila,” kata walikota Rudyatmo, Jumat (26/7/2019)
Pemerintah kota tetap konsisten akan memberlakukan aturan ketat terhadap kegiatan yang dinilai menyimpang dari aturan sekolah. Selain itu, ujar Rudyatmo menambahkan, kegiatan di Dinas Pendidikan (Disdik) maupun Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (P3A&PM) juga gencar membentengi masuknya budaya radikal.
“Salah satu implementasi menangkal gerakan radikalisme, Pemkot Solo memberi apresiasi pada kelompok pelajar melalui kegiatan lomba dan jambore dalam kegiatan pemahaman undang-undang dasar dan ideologi pancasila,” katanya.
Pemerintah kota Solo secara periodik dan berkesinambungan telah lama membentengi penyusupan gerakan radikalisme pelajaran agama di dalam kelas maupun di luar kegiatan ekstra kulikuler melalui pelbagai aktivitas terpantau yang dilakukan oleh forum-forum anak berjenjang. Bukan hanya di dalam sekolahan, kegiatan menumbuhkan idealism patriotik mencintai negeri, tetapi juga menebarkan cinta tanah air melalui lomba-lomba inovatif.
“Lomba pidato dan deklamasi mencitai negeri dan menumbuhkan kebersamaan saling tolong-menolong sering diadakan hingga tingkat kelurahan,” ujar Rudyatmo, “tujuannya menepis penyusupan faham radikal.”
Infiltrasi Lewat Jalur Sekolah
Kekawatiran walikota Solo di sekolah-sekolah disusupi paham radikal sehingga perlu dibentingi bukan mengada-ada. Fenomena faham gerakan radikal di sekolah-sekolah di Indonesia, menurut Neneng Yanti Khozana, masih dianggap enteng oleh pemerintah daerah. Padahal, papar dia dalam tulisannya ‘Seni dan Pencegahan Radikalisasi Agama di Sekolah’ menegaskan, infiltrasi radikalisme agama melalui sekolah telah sampai pada tahap yang sangat mengkhawatirkan.
“Paham radikal dimasukkan melalui dua instrument utama, yakni buku-buku pelajaran dan guru-gurunya,” tulis Neneng YK, dalam artikel yang dimuat di Alif.Id, (Jumat 26 Juli 2019).
Menanggapi hal itu, Kepala Seksi P3A&PM Pemerintah Kota Solo, Andriani Soeharto, meyakini paham radikalisme anak di Solo belum sampai pada tahap yang dikawatirkan para pengamat. Pemerintah sejak dahulu telah mengandeng berbagai kelompok pelajar mengadakan sosialisasi berbagai topik yang dihadapi generasi muda Solo.
Bahkan, Kota Solo ditetapkan menjadi salah satu Kota Layak Anak (KLA) lantaran pelbagai kegiatan inovatif untuk mendorong tumbuh-kembang generasi muda, khususnya pelajar, menyebarkan kegiatan bermanfaat bagi orang lain.
“Para pelajar yang telah dibina melalui kelompok-kelompok binaan P3A&PM juga menularkan berbagai kegiatan produktif kepada rekan-rekan lain sampai tingkat kelurahan. Pelatihan menulis, penyiaran dan lomba-lomba inovatif produktif dilakukan dengan jadual yang telah ditetapkan,” ujar dia.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Widdi Srihanto, menandaskan bukan hanya faham radikalisme yang harus tetap diwaspadai penyebarannya, tetapi juga bahaya pemakai Narkoba dan rokok dipantau pemerintah.
“Pemkot akan selalu melakukan pemantauan terhadap gerakan radikal dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti Narkoba di sekolah-sekolah,” katanya, “kalau soal kaitan dengan ideologi dan faham radikal, ada di ranah OPD Kesbangpolimas. Coba hubungi mereka.” (tim indepth report/eddy je soe)
No Comment