Bila Anda mengalami gejala demam, sakit kepala, kelelahan , mual, ruam dan kemudian kemudian koma, jangan anggap enteng. Siapa tahu kondisi seperti itu bisa jadi wabah virus Angloshan dari pinggiran wilayah Cina mulai menyebar ke Indonesia. Di dataran Alongshan, seperti disebut jurnal ilmiah New England Journal of Medicine, keberadaan pertama kali gejala penyakit itu menyerang seorang petani yang tergigit kutu musim panas dan berakibat tunbuhnya demam, panas-dingin dan kejang sesak nafas berminggu-minggu. Bukannya sembuh pasien yang dilarikan ke rumah sakit, malah dikabarkan koma.
Awalnya para virolog mengira pasien yang datang ke rumah sakit tertular penyakit hanya berada di sekitar wilayah Mongolia Dalam pada April 2017. Nyatanya hampir di wilayah terjangkit penyakit disebabkan infeksi virus endemik tickborne encephatlitis (TBEV) di wilayah Cina. Meski demikian setelah dilakukan pemeriksaan dengan teliti menggunakan negative TBEV, ternyata jenis virus yang menyerang petani di Mongolia Dalam berbeda secara genetik dengan virus mengerikan tersebut.
Apalagi banyak warga di wilayah itu juga tidak menunjukkan gejala sama dengan orang pertama yang berobat ke rumah sakit. Pemerintah setempat tentu saja dibuat kalang-kabut melihat banyak warga mengalami penyakit menyerupai dugaan sementara setelah digigit kutu saat berada di persawahan. Setelah melakukan pemeriksaan laboratorium dari sampel darah pasien lain digigit kutu, lebih dari 374 pasien mengidap penyakit serupa, 86 pasien terinfeksi virus Alongshan.
Setelah melakukan penelitian gejala penyakit di wilayah Mongolia Dalam, kementerian kesehatan China menarik kesimpulan virus alongshan merupakan penyebab penyakit yang melanda di wilayah Mongolia Dalam disebabkan gigitan kutu Taiga (Ixodes persulcatus). Pertanyaannya darimanakah kutu Taiga berasal? Para peneliti menduga virus yang ditularkan melalui kutu Taiga sebenarnya ditemuka di beberapa bagian negara Eropa Timur dan Asia. Termasuk negara China, Kkorea, Jepang, Mongolia dan Rusia.
Hanya saja para peneliti belum bisa membuktikan bahwa kutu itulah yang menjadi penyebab seseorang terinfeksi virus angloshan. Bagaimana suatu virus dapat bersimbiosis dengan kutu dan kemudian menularkan melalui gigitan pada manusia, belum terjawab. Bisa jadi justru nyamuklah yang menjadi penyebab pembawa virus angloshan.
Laura Goodman, asisten profesor riset di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Cornell di Ithaca, New York, seperti dikutib Livescience, menyatakan bisa jadi dengan adanya virus angloshan bila hal itu dibawa inang lewat kutu justru menjadi studi yang menarik untuk menyawab pertanyaan mendasar asal-muasal virus angloshan.
Secara kritis, para peneliti perlu mengkonfirmasi penyakit “vektor” mana yang dapat menularkan penyakit kepada manusia. “Sampai kita benar-benar dapat mengetahui jawaban untuk pertanyaan itu, kita tidak dapat sepenuhnya mengkonfirmasi rentang geografis potensial” dari virus, Goodman mengatakan kepada Live Science.
Namun, para peneliti dari studi baru ini dapat mengkarakterisasi seluruh genom dari virus Alongshan, dan informasi ini akan membantu dalam pengawasan yang lebih luas untuk virus, kata Goodman, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Virus Alongshan menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), merupakan sebenarnya satu jenis virus sefamili dengan Flaviviridae dan satu serumpun dengan TBEV yang dapat ditularkan oleh nyamuk demam berdarah, virus West Nile dan Zika. Bisa jadi Virus angloshan masih terhubung satu genus dengan virus tickborne jenis lain seperti tick Jingmen yang pernah ditemukan pada tahun 2014.
Jika kutu taiga ternyata menularkan virus Alongshan, maka jangkauan virus berpotensi mencakup seluruh rentang kutu itu, kata Goodman. Selain itu, virus dapat ditemukan di bagian lain dunia – termasuk benua lain – jika dapat ditularkan oleh jenis kutu lainnya. Goodman mencatat bahwa virus kutu Jingmen yang berkaitan erat telah ditemukan di Cina dan bagian Amerika Tengah dan Selatan.
Goodman seperti dikutif jurnal Live Science juga merupakan jenis kutu longhorned Asia (Haemaphysalis longicornis), yang berasal dari Asia dan baru-baru ini muncul di Amerika Serikat, dan membawa virus kutu Jingmen. Meski demikian, tidak ada bukti bahwa kutu panjang Asia dapat membawa virus Alongshan. Dan di A.S., kutu berlubang panjang Asia belum ditemukan menularkan penyakit apa pun.
Dalam studi baru, semua 86 pasien diobati berdasarkan gejala mereka dengan kombinasi obat antivirus dan antibiotik; gejala mereka hilang dalam sekitar 6 sampai 8 hari perawatan. Pasien menghabiskan rata-rata 10 hingga 14 hari di rumah sakit; dan semua pasien akhirnya pulih tanpa komplikasi jangka panjang, kata laporan itu.
“Temuan kami menunjukkan bahwa [virus Alongshan] mungkin menjadi penyebab penyakit demam yang sebelumnya tidak diketahui, dan lebih banyak penelitian harus dilakukan,” kata Goodman seperti dikutif Live Schience. (eddy j soetopo)
No Comment