Apa yang Kau Cari Lesbi?


Pacaran Sesama Jenis
Pacaran Sesama Jenis (dok. ist)

Hadirnya pasangan sejenis di dunia mulai banyak dibicarakan masyrakat. Opo meneh, mereka tak lagi canggung menunjukkan kemesraan di depan umum. Di sejumlah negara, bahkan, melegalkan pasangan Lesbian atawa Lesbi boleh hidup satu atap. Njuk trus bagaimana kehidupan pasangan lesbi di kota Solo, tak banyak diungkap. Saru, kata beberapa wartawati kota begawan pada jurnalis sarklewer.com

Tak banyak yang tahu kehidupan kaum lesbian di kota Solo, tapi jangan kaget kalau gandeng-renteng sesama jenis perempuan itu merebak sak ngon-gon. Bahkan mereka pun kini tak lagi menutup rapat jatidiri mereka dengan membuat komunitas website khusus lesbi.

Lantas apa yang dicari kaum lesbian? Nggo jawab pertanyaan tadi, tim jurnalis sarklewer.com menelusuri beberapa anggota komunitas lesbian di kota Solo. Jebulnya, kaum lesbi mempunyai jaringan yang kuat dan terorganisir dan terhubung dengan jejaring lesbi di kota lain.

“Kami punya wadah sendiri dan punya jaringan di beberapa kota lain. Kami terhubung dengan jaringan komunitas LBT (Lesbian, Bisexual dan Transgender) yang consern terhadap masalah sosial dan tindak kekerasan terhadap kaum lesbi Solo,” ujar komandan Lesbi Solo, Reinbow.

Menurut Reinbow, komunitas LBT Solo ngadek pada 8 Maret 2009 mengaku memiliki anggota seratusan kaum LBT. Meski begitu, ujar Reinbow serius, komunitas itu tidak memiliki ikatan, sehingga jumlah anggota tidak bisa ditebak jumlah pastinya. Kebanyakan mereka takut ketahuan identitas jati dirinya.

Perkawinan Lesbian
Perkawinan Lesbian (dok. ist)

“Sebenarnya komunitas ini tak bergitu masalah jika terekspose, tapi kita hanya membatasi saja karena ini menyangkut keamanan kita semua juga,” jare Reinbow.

Komunitas yang selalu ngumpul nomaden ini memang tak begitu cetaar seperti komunitas umumnya, namun jangan heran bila jaringan yang dibentuk oleh Komunitas LBT ini sampai tingkat nasional. “Komunitas LBT ini dibentuk untuk mewadahi kaum leasbian, bisexual dan transgender yang mengalami kekerasa baik fisik atau psikis dari anggota keluarga dan linkungan,” katanya serius.

Jarene, banyak kaum lesbian yang mengalami kekerasan dan diskriminasi adalah lesbian yang berperan sebagai priyawan. Priyawan sendiri, ujar Reinbow menambahkan, diartikan sebagai pria yang berada di dalam tubuh perempuan, sehingga wanita mengubah penambilan dan dirinya layaknya seorang pria.

“Jane bingung kalau harus menjawab apa yang dicari dari komunitas lesbian, tapi disni sama seperti apa yang diingkan semua orang, semuanya memiliki tujuan dan tujuan kami disini ingin diterima di masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat. Jadi lesbian itu bukan pilihan tapi naluri,” imbuh Reinbow.

Menurut cewek yang berpenambilan maskulin itu, kondone menjadi seorang lesbian tak semata-mata karena naluri yang dibawanya sejak lair. Nangging jadi lesbian itu juga bisa karena keadaaan dan tuntutan. “Contonya, cewek yang sakit hati karena cowok bisa saja dia berubah lesbian, atau kalau ndak gitu karena lingkungan kesehariannya,” katanya

Ia juga mengamini, jika para komunitas lesbian di Solo banyak juga yang belum bergabung dengan Komunitas LBT , mereka lebih cenderung tertutup dan berbaur dengan orang normal lainya. Selain itu, lesbian yang independent alias berdiri sendiri ini lebih riskan terkena diskriminasi dan kekerasan social.

“Kita sih menghimbau kepada para lesbian buat bergabung dengan kita (Komunitas LBT.red). Di sini bakal membantu mereka lebih tegar dalam menghadapi status dirinya di masyarakat, selain itu kita juga melindungi mereka dari kekerasan yang dialaminya,” beber Reinbow

 

Lesbian Independent

Eh iyo, tak semua kaum lesbian ikut dalam satu komunitas. Banyak juga mereka yang berdiri sendiri alias independent. Kaum lesbian independent biasanya tak mau menunjukkan jati diri aslinya kepada semua orang. Kebanyakan mereka takut dengan judge orang-orang terhadap dirinya. Maka mereka lebih memilih diam dan menyembunyikan identitasnya.

Seperti yang dialami lesbian asal Solo, sebut saja dia Oie. Menurut Oie, dirinya memilih tak masuk dalam komunitas lesbi karena ingin berbaur dengan orang taknormal secara alami. Menurut Oie, dirinya tertarik dengan sesama wanita sejak kecil. Ketika Oie menyadari dirinya telah terkategori lesbi, ia pun tak berani mengatakan pada teman-teman sebayanya.

“Ya jelas saja ndak berani to bilang kalau gwe lesbi. Tapi akhirnya waktu aku lulus kuliah teman-teman aku tau dengan sendirinya karena aku sering pasang status dan PP (profil picture.red) sama cewek, baru teman-teman bertanya kepadaku dan aku menjawab sejujurnya,” Curcol Oie.

Setelah teman-temannya mengetahui jika dirinya lesbi, cewek berpenampilan tomboy ini ngaku kalau pernah dijauhi dengan teman dekatnya karena tidak bisa menerima keadaan. Ning, Oie pun tak putus asa. Ia menyadari kekurangaanya dan menganggap tanggapan temennya itu sebagai hal yang wajar.

Menurut cewek tomboy berusia 26 tahun ini ngaku, jika dirinya sejak kecil memang diajarkan bersikap layaknya lelaki oleh kedua orang tuanya. Soale, orang tuanya pengen anak cowok tapi ndak keturutan. “ Aku suka sama cewek sebenarnya sejak kecil, tapi kalau dari kecil aku bilang suka sama cewek yo mustahil. Soalnya anak kecil belum tau apa-apa. Tapi sejak itulah aku merasakan ketertarikan dengan cewek,” Curcol Oie lagi.

Ditanya lebih lanjut soal pilihannya menjadi lesbian, Oie mengatakan jika sikap lesbian bukan merupakan pilihan tapi sudah naluri yang ia bawa sejak lahir. “Opo meneh, dirinya lebih tertarik pada cewek cantik dan keibuan. Tur yo dirinya merasakan lebih greget dan nyaman daripada sama cowok tulen. Ndak greng.” (Rey Saras/Eddy Je Soe)

Previous Kebangaan Sang Pesinden Jepang Ketika Nembang
Next Gal Gadot Bintang Film Tahan Banting

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *