Menjemput Jumputan


Menjemput kain jumputan jadi ngetrend diuber selibritas

Awalnya motif kain jumputan hanya berwarna kuning dan hijau yang nyaris sama seban tahun. Entah kenapa kain jumputan dengan tumpal berbentuk kotak-lonjong berwarna kuning-hijau hanya digunakan sebagai pengikat shoko-guru alias –tiang rumah– ketika sedang didirikan, sekarang ngetrend jadi mode. Entahlah. Konon menurut sejarah lisan masa lalu, dalam buku primbon Jawi lawasan, mengikat shoko-guru dengan kain jumputan, diharapkan sang pemilik rumah merasa nyaman tinggal di dalam rumah tenteram. Lantaran rejeninya dijumput dari luar ke dalam rumah.

Prose menjumput dan mewarnai kain, bukan perkara mudah (courtesy Timlotv/Rozak)

Tidak hanya digunakan sebagai pengikat shoko-guru ketika akan mendirikan bangunan dengan empat tiang penyangga, kain jumputan berwarna biru-kuning juga acap dipakai calon mempelai perempuan saat akan acara siraman, midhodareni. Nah ternyata ungkapan bertuah di masa lalu, kini dicuatkan kembali oleh para designer kain jumputan. Nyatanya jumputan di era modern, seperti saat ini, mulai digemari para selebritas papan atas ibu kota.

Menjamurnya pelbagai tipe maupun corak tak lagi bentuk kotak-lonjong seperti kain jumputan lawasan, mode design truntum bertabur kotak-lonjong, mulai diuber pengemar kain jumputan. Tak mengherankan bila harga kain batik jumputan meroket. Padahal, cara membuat mode kain jumputan murni dengan mengikat dan mencelup ke pewarna, tidaklah mudah. Ketekunan dan kesabaran mengikat dan memindah pewarnaan satu ke warna lain, bisa rampung berhari-hari.

Trend kain jumputan juga digemari wisatawan manca negara, selain murah dan warna-warni (courtesy Timlotv/Rozak)

“Tergantung jenis kain yang akan dipakai sebagai mode jumputan. Semakin bagus jenisnya, kami harus berusaha sebaik mungkin cara membuat bentuk jumputan seperti yang dikehendaki,” ujar Bella Rumbiaty, salah satu pedagang khusus kain jumputan di Pasar Klewer, “kalau dulu orang mencari warna hijau pupus dan kuning gading untuk mengikat jagak rumah baru berdiri. Tapi sekarang sudah banyak yang senang warna lain.”

Menurutnya pembuatan kain jumputan yang dikerjakan dengan tangan, tidak gampang. Selain rumit, juga perlu waktu lama. Dirinya mengaku memproduksi hanya kain jumputan sejak tahun 70-an sebelum model warna jumputan berwarna-warni digemari banyak orang. Lantaran cara pembuatan tidak mudah, Bella mematok harga tidak murah.

Proses mewarnai dan pengambilan malam perlu ketelatenan (courtesy Timlotv/Rozak)

“Tergantung jenis kainnya. Kalau pembeli menghendaki jenis kain bagus, tentu harganya tidak murah. Kisarannya satu kain jumputan 100-300 ribu dengan ukuran rok terusan, 2.1 m X 1,10 m. Warnanya tergantung pembeli mana yang disukai. Saran saya, pilih warna-warni lawas, seperti hijau pupus dan kuning. Biar bakoh. Itu pakem pemakai kain jumputan,” tutur dia.

Menurut Bella, jenis kain goyor dan dari katun berjenis blacu lebih enak dipakainya.  Meski begitu, banyak yang senang mengenakan kain yang bahannya bisa buat ke kantor seperti rayon, hanya saja sulit proses mengerjakan celupan dan mengikatnya.

“Memang jenis kain ini tidak mudah kusus, dan tahan lama. Sebenarnya cocok buat motiv jumputan cap atau sablon jumputan. Tapi kalau jumputan asli celup dan diikat, lebih enak blacu,” ujar dia.

Lebih lanjut bella menambahkan, produksi model jumputan selama ini memang lebih banyak campur asli dan cap dan sablon. Bila mengikuti trend kain jumputan bukan cap dan sablon, menurut Bella, lebih banyak menguras waktu dan tenaga.  “Sekarang cenderung memakai cap dan sablon dengan motif jumputan. Sebenarnya gak masalah, malah lebih banyak model motifnya,” tutur dia.

Meski saat ini kreasi model jumputan banyak model gado-gado, mencampurkan motif batik dan jumputan, Bella tetap bersikukuh mempertahankan ciri khas produk jumput pelangi. Kalau mengikuti trend ikut jumputan gado-gado, nanti khas produk Bella Fashion, tak banyak dikenal sebagai produsen kain jumputan. “Situ kalau mau nyari produk kami, yang jadi unggulan jumputan pelangi. Gagrak jumputan lawas, tanpa tanding,” pungkas dia berpromosi.

Kain bercorak jumputan dari Indonesia, ternyata juga digemari di manca negara. Menurut Nicole, banyak warga ‘bule’ yang suka dengan corak dan warna yang ngejreng buatan Solo dan Jogya. “Mereka kalau jalan-jalan ke pantai, sering menggunakan kain jumputan, hanya diselampirkan di pinggang.” Gwe mau dong dikirimi dari Solo. Bayarnya belakangan, potong honor. (Nicole dari Jerman/Eddy Je Soe)

Previous Si Sexy Bermata Biru Daddario
Next Demi Lovato Aktivis HAM Pembela LGBT

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *